Page 126 - Reforma Agraria Tanah Ulayat
P. 126
dengan mengubah mereka dari petani bermartabat menjadi
142
segerombolan pengemis dan pencuri. Dalam kasus Senama
Nenek, apa yang disebut Polanyi ini beberapa telah dibahas pada
bab sebelumnya. Sementara, pada bab ini akan menjelaskan lebih
jauh bagaimana ekonomi politik yang dimotori para “orang kaya”
bermaujud dalam bentuk reforma agraria terhadap lahan ulayat
Masyarakat Adat Senama Nenek, yang menjadi objek konflik
dengan PTPN V.
Reforma Agraria di Senama Nenek
Reforma agraria, yang membagikan SHM atas tanah secara
perorangan kepada rakyat, merupakan salah satu bentuk eksklusi
143
yang diresmikan. Ia menyebabkan terbukanya akses bagi satu
pihak, sementara menutupnya untuk pihak lain. Meski demikian,
jika dilihat dari kaca mata politik pertanahan hal ini umumnya
dapat diterima dan dipandang baik bagi rakyat, khususnya
kelompok masyarakat yang hidup di garis batas subsistensi. Sebab
klaim mereka terkait akses terhadap lahan dijamin kepastiannya
oleh hukum negara, suatu hal yang jarang mereka dapatkan.
Pengakuan dari pemegang kekuasaan–terutama pemerintah
yang biasanya berbentuk surat keputusan atau sejenisnya–sangat
diperlukan oleh rakyat atau oleh siapapun agar hak kepemilikan
dan akses terlindungi. Itu pula sebabnya dikatakan bahwa
masalah agraria pada hakekatnya juga merupakan masalah
kekuasaan–masalah politik. “Land is at the heart of power”,
ungkap Cristodoulou sebagaimana dikutip Wiradi. 144
142 Ibid.
143 Derek Hall et.al., Op. Cit., p. 28.
144 Gunawan Wiradi, Op. Cit., hlm. 86.
Reforma Agraria atas Tanah Ulayat 91