Page 53 - Reforma Agraria Tanah Ulayat
P. 53

Meskipun, yang terbaru, Dwijananti melakukan kajian tentang
          praktik reforma agraria terhadap tanah ulayat Masyarakat Adat
          Senama Nenek. Namun, studi Dwijananti  dan peneliti-peneliti
          lainnya belum  melihat  secara analitik  aspek ekonomi politik
          dari  kebijakan reforma  agraria terhadap tanah ulayat yang
          menjadi  objek  konflik.  Akibatnya,  belum  tampak  bagaimana
          transformasi  kepemilikan, penguasaan  dan pemanfaatan  atas
          tanah ulayat sesungguhnya terjadi  serta  dampaknya akibat
          kebijakan reforma agraria terhadap masyarakat Senama Nenek,
          sebagai kelompok masyarakat adat atau individu yang menjadi
          bagian dari masyarakat adat. Lebih jauh, mengapa penelitian ini
          menjelaskan yang seharusnya menyelesaikan persoalan konflik
          yang berpangkal pada perebutan akses terhadap lahan ulayat di
          Senama Nenek tidak kunjung selesai, walaupun reforma agraria
          telah  dilaksanakan.  Soal-soal  inilah  yang  belum  dibahas dalam
          kajian-kajian  terdahulu  mengenai  konflik  agraria  di  Senama
          Nenek.

             Dalam  keyakinan  saya,  reforma agraria  idealnya  diadakan
          untuk  memberi kepastian  hukum  dan  hak  akses terhadap
          lahan secara aman dan bebas kepada masyarakat adat maupun
          petani yang menggarap sendiri lahannya. Hal ini dilakukan agar
          masyarakat adat aman–atau setidaknya dapat memproteksi diri
          dengan  mengandalkan  sumber daya  lahan  yang  dimiliki–dari
          ancaman krisis subsistensi yang senantiasa menyasar ekonomi
          rumah tangga mereka. Reforma agraria dalam konsep demikian
          menurut  saya  merupakan suatu  langkah untuk  mewujudkan
          keadilan  sosial  ekonomi bagi  masyarakat  adat  dan petani  lain
          pada umumnya.






         18   Reforma Agraria Tanah Ulayat
   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58