Page 113 - Dari Dirjen Agraria Menuju Kementerian Agraria: Perjalanan Sejarah Kelembagaan Agraria 1948-1965
P. 113
Melik, Kolonel Hasan Kasim, Overste Ahmad Soemadi, Majoor
Argawisastro, Sjeh Markaban, dan Asmu. 122
Jenis Naskah: Pidato. Jumlah Halaman: 7 halaman.
Kata Kunci: hukum, Landreform, revolusi, transmigrasi, industri
“Laksana Malaikat yang Menyerbu dari Langit, Jalannya
Revolusi Kita”. Pidato/Amanat Presiden Soekarno Pada
Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 17
Agustus 1960 di Jakarta.
Pidato peringatan 17 Agustus 1960, yang kemudian terkenal
dengan sebutan Jalannya Revolusi Kita, adalah sebuah pidato
yang sangat serius dalam membicarakan persoalan Landreform.
Dari ratisan pidato Sukarno, pidato ini yang paling keras dan
paling lantang menyuarakan sekaligus niat akan menjalankan
Landreform. Sukarno menyebut: “Ini adalah satu kemajuan
yang penting-maha-penting dalam Revolusi Indonesia! Revolusi
Indonesia tanpa Landreform adalah sama saja dengan gedung
tanpa alas, sama saja dengan pohon tanpa batang, sama saja
dengan omong-besar tanpa isi. Melaksanakan Landreform berarti
melaksanakan satu bagian yang mutlak dari Revolusi Indonesia.
Gembar-gembor tentang Revolusi, Sosialisme Indonesia,
Masyarakat Adil dan Makmur, Amanat Penderitaan Rakyat, tanpa
melaksanakan Landreform adalah gembar-gembornya tukang
penjual obat di pasar Tanah Abang atau di Pasar Senen”.
Sukarno melanjutkan dalam pidatonya: “Landreform
di satu fihak berarti penghapusan segala hak-hak asing dan
konsesi-konsesi kolonial atas tanah, dan mengakhiri penghisapan
feodal secara berangsur-angsur, di lain fihak Landreform berarti
memperkuat dan memperluas pemilikan tanah untuk seluruh
Rakyat Indonesia terutama kaum tani. Dan Rancangan Undang-
undang Pokok Agraria berkata: tanah tidak boleh menjadi alat
122 Surat ini ditemukan di Arsip Nasional Republik Indonesia, dan copiannya telah
dikoleksi oleh Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional di Yogyakarta.
102 Dari Dirjen Agraria Menuju Kementerian Agraria