Page 20 - Dari Dirjen Agraria Menuju Kementerian Agraria: Perjalanan Sejarah Kelembagaan Agraria 1948-1965
P. 20
sebenarnya tidak pernah ada dan sekaligus pengingkaran dari seluruh
maksud untuk menuliskannya, sekalipun harus dipahami bahwa
kejujuran dalam menulis sesuatu itu bertingkat, dan kejujuran dalam
penelitian dan penulisan adalah hal yang paling jujur. Hal yang
16
sama penulis andaikan, menulis lembaga sama saja dengan menulis
sebuah biografi, maka berlaku pendekatan kritis dengan berupaya
menghadirkan berbagai sisi dari lembaga tersebut.
Pengalaman di lapangan cukup menarik untuk dijelaskan sekilas
sebagai sebuah gambaran bagaimana sulitnya menelusuri dokumen-
dokumen lembaga agraria. Pertama kali menelusuri berbagai dokumen
agraria dilakukan di Arsip Nasinal Republik Indoneia (ANRI). Terlalu
rumit menelusurinya dokumen tersebut karena semua dokumen tidak
dientri berdasar judul dan topik, sehingga beberapa hari kami gagal
mendapatkan sesuatu ketika memesan dokumen bertemakan agraria/
pertanahan. Strategi lain tidak kami miliki karena penyimpanan
arsip di ANRI cukup rapi dan tidak bisa ruang penyimpanannya
disentuh langsung oleh pengunjung. Artinya kami harus menelusuri
satu persatu dokumen yang tersimpan di ANRI lewat katalog yang
entrinya ribuan. Kami telah menghabiskan beberapa hari hanya untuk
membuka dokumen tersebut, untunglah kami mendapatkan sebagian
dari dokumen yang dibutuhkan sesuai aslinya. Di luar Anri, beberapa
dokumen juga tersimpan di koleksi perpustakaan Boedi Harsono
(Universitas Trisakti). Di perpustakaan ini lebih banyak tersimpan
buku-buku yang terkait kelembagaan pada periode dimana Pak Boedi
ada dilembaga tersebut. Walau tidak banyak, namun cukup membantu
karena beberapa buku tua penulis dapatkan di ruang tersebut.
Penulis juga memburu foto-foto menarik di Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia. Yang paling mengecewakan, dari semua
tempat yang menjadi situs-situs dokumen tersebut, tak satupun kami
berhasil menemukan gambar gedung kantor Kementerian Agraria
pada periode awal. Yang disesalkan justru penulis tidak banyak
mendapatkan sesuatu di lembaga pertanahan itu sendiri, sebab
16 Taufik Abdullah, “Mengapa Biografi?”, Jakarta: Prisma, No. 8 1977.
Perjalanan Sejarah Kelembagaan Agrariia, 1948-1965 9