Page 19 - Dari Dirjen Agraria Menuju Kementerian Agraria: Perjalanan Sejarah Kelembagaan Agraria 1948-1965
P. 19

hadir di Indonesia. Metode dan pendekatan untuk memahami lembaga
            agraria paling mungkin adalah metode sejarah kritis.  Mengingat
                                                                   15
            kebutuhannya adalah merekonstruksi ulang keberadaan lembaga,
            baik proses maupun eksistensi perjalanan lembaga, maka diharapkan
            metode sejarah mampu menghadirkan postur lembaga agraria secara
            utuh. Metode ini memungkin untuk merekonstruksi secara utuh,
            namun butuh pendekatan yang solid untuk membaca data-data
            historis itu dalam konteks dinamika dan politik kelembagaan. Artinya,
            cara baca kritis atas proses dan perjalanan itu dibutuhkan untuk
            melihat secara jernih bagaimana lembaga itu hadir dan digunakan.
            Dalam menjelaskan perjalanan sejarah kelembagaan, kajian ini juga
            dilengkapi bagian-bagian tertentu dengan anotasi, terutama anotasi

            terkait dengan naskah-naskah atau produk hukum yang dikeluarkan
            pada periode awal berdirinya lembaga keagrariaan.
                 Pada tahap awal dan selanjutnya, kajian ini akan difokuskan
            pada proses munculnya lembaga agraria dan membangun konstruksi
            hingga munculnya perubahan-perubahan kelembagaan. Pada tahap
            berikutnya kita akan memetakan persoalan-persoalan yang mengikuti
            lembaga tersebut, baru kemudian membaca atau tafsir atas perubahan-
            perubahan itu. Karena sejarah institusi atau lembaga hadir sebagai
            representasi kepentingan, maka cara baca atas setiap peristiwa dan
            periode sangat menentukan.
                 Penulis mencoba membayangkan secara paralel, menulis
            sejarah kelembagaan dengan menyamakan dengan menulis biografi.
            Pendekatan dalam menulis biografi sebagaimana diajarkan oleh Taufik

            Abdullah adalah membuka banyak perspektif atas tokoh, menghadirkan
            banyak sisi atas tokoh. Dengan cara itu nilai dan manfaatnya
            jauh lebih bisa digunakan dibanding hanya mengedepankan satu
            perspektif. Masih menurut Taufik, mengagungkan sisi tertentu saja
            dalam penulisan biografi hanya akan mendapatkan karikatur yang


                 15 Dalam pandangan Sartono, sejarah kritis tidak semata menghadirkan proses dan
            periode-periode sejarah, tapi juga menekankan untuk berfikir dan menanyakan masalahnya
            pada tiap proses-prose dan periode tersebut. Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam
            Metodologi Sejarah, Jakarta: Gramedia, 1993.


            8       Dari Dirjen Agraria Menuju Kementerian Agraria
   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24