Page 199 - Berangkat Dari Agraria
P. 199
176 Berangkat dari Agraria:
Dinamika Gerakan, Pengetahuan dan Kebijakan Agraria Nasional
serikat-serikat petani yang memperjuangkan reforma agraria dan
hak-hak petani perlu terus dikembangkan di berbagai level. Serikat-
serikat petani jadi kawah candradimuka pembangunan pertanian
yang dimotori kaum tani. Berbagai pengembangan kelembagaan
koperasi dan badan usaha milik petani yang mandiri menjadi embrio
keberdayaan petani.
Menguatkan petani
Penulis memandang ketiga agenda tersebut realistis menjadi
arah baru pembangunan pertanian. Menjadikan pembangunan
pertanian diutamakan sejak perencanaan. Pembangunan pertanian
dilaksanakan dengan dasar reforma agraria untuk mewujudkan
kedaulatan pangan. Kita tak perlu berkelanjutan menjadi bangsa
pengimpor bahan pangan. Kita seharusnya bisa jadi pengekspor
kebutuhan pangan dunia. Pembangunan pertanian dilakukan
dengan sinergi kegiatan pemberdayaan petani.
Dalam perspektif antropologi, petani bukan sekedar mata
pencaharian, melainkan identitas budaya suatu kelas sosial dalam
realitas masyarakat. Petani dihargai sebagai manusia dengan
seperangkat norma budaya yang melekat dalam pertanian sebagai
kebudayaan (agriculture). Hal ini kontradisi dengan konsep
pertanian sebagai bisnis yang mengumpulkan kekayaan (agribisnis).
Pertanian adalah soal kehidupan dan peradaban manusia.
Regulasi terkait pertanian sebenarnya sudah cukup banyak.
Misalnya, UU No 19/2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan
Petani. UU ini, dalam catatan ELSAM, sudah cukup memberikan
jaminan perlindungan petani untuk segala upaya untuk membantu
petani dalam menghadapi permasalahan kesulitan memperoleh
prasarana dan sarana produksi, kepastian usaha, risiko harga,
kegagalan panen, praktik ekonomi biaya tinggi, dan perubahan
iklim.
Selain UU 19/2013, ada UU 5/1960 tentang Pokok-Pokok Agraria,
UU 6/2014 tentang Desa, UU 18/2012 tentang Pangan, UU 13/2010
tentang Holtikultura, serta UU 41/2009 tentang Perlindungan Lahan