Page 202 - Berangkat Dari Agraria
P. 202

BAB V  179
                                               Penataan dan Pengembangan Pertanian
             menasihati penulis untuk  meluruskan  hal-hal  yang  dianggapnya
             melenceng  dari konsepsi  RA  sejati  yang  dipikirkannya. Penulis
             senang dan terbantu dengan kritik, masukan dan nasihat beliau.

                 Tak semua  kritik  GWR  tepat  atau  persis seperti  yang
             disampaikannya. Ada sejumlah hal strategis yang tidak atau belum
             mungkin dijalankan pemerintah. Hal ini mengingat posisi kami yang
             tak sekuat seperti diidealisasikan GWR, maupun karena politik di
             dalam pemerintahan yang kompleks dan rumit melebihi yang beliau
             bayangkan  dari  luar. Kami berdua beberapa kali  ”berdebat”  soal
             pilihan cara. Menurut saya, dalam banyak hal GWR terlalu idealis,
             penulis  cenderung  realis. GWR  sering ”mengecat langit”,  penulis
             cenderung  simplistis.  Tapi,  akhirnya beliau berbesar hati. GWR
             bukan pemaksa pandangan. Perbedaan tak mengurangi kehangatan
             kami, seperti hubungan cucu dengan eyang ideologisnya.
                 GWR sering berseloroh, ”Semua anak memiliki zamannya, dan
             semua  zaman memiliki  anaknya.” Umur kami  terpaut  setengah.
             Kami  berbeda,  tetapi bukan  pada hal-hal  prinsip, melainkan
             pada  strategi dan taktik,  pada  metoda dan teknik  menuju tujuan
             yang sama: RA sejati! Politik agraria kini jadi batu-bata penyusun
             prasyarat sukses RA. Tiga dari 6 prasyarat yang sering dipaparkannya,
             ”Di  atas memperkuat komitmen  politik,  di bawah memperkuat
             gerakan rakyat, dan di tengah memperluas pemahaman RA sebagai
             solusinya.”


             Murid berbeda-beda
                 GWR nyaris tak ambil pusing dengan perbedaan pada murid-
             muridnya. Beliau sering menyampaikan, ”Selama air sungai mengalir
             ke samudra, ia setia pada sumbernya.” GWR menyatakan, ”Biarkan
             bunga tumbuh warna-warni, itu memperindah taman sari revolusi.”
             Beliau  pandai berintermezo  yang menyegarkan.  Saat menyusun
             masukan bagi  rancangan  TAP MPR  tetang Pembaruan  Agraria  di
             Bandung (2001), GWR berseloroh, ”Di sini saya sebagai pengamat
             saja, bukan politisi atau peneliti. Karena politisi itu boleh bohong,
             tapi gak boleh salah. Peneliti boleh salah, tapi gak boleh bohong.
             Kalau pengamat? Ya, boleh bohong dan boleh salah, wong namanya
   197   198   199   200   201   202   203   204   205   206   207