Page 210 - Berangkat Dari Agraria
P. 210
BAB V 187
Penataan dan Pengembangan Pertanian
ini diharapkan dapat menyelesaikan masalah keterbatasan tenaga
kerja sehingga bisa meningkatkan produktivitas dan mencapai
swasembada pangan.
Tantangan lainnya berupa inventarisasi potensi lahan,
inventarisasi peluang pasar, penentuan komoditas pertanian,
pendataan petani milenial, pengembangan kapasitas, pemberian
bantuan benih, bibit, pupuk, pestisida, dan peralatan, serta
pemberian fasilitasi pembiayaan dan pemasaran produk. Sedangkan
cakupan siapa saja yang bisa jadi petani milenial, syaratnya berusia
19-39 tahun, dan mengenal inovasi teknologi bidang pertanian.
Petani milenial mempunyai peran penting, mengingat untuk
kelanjutan pembangunan di sektor pertanian dibutuhkan dukungan
dari manusia di bidang pertanian yang maju, mandiri, dan modern.
Hal ini bisa didapatkan dari pendidikan vokasi. Pengembangan
pendidikan vokasi menjadi kunci terhadap cikal bakal lahirnya
petani milenial.
Pengembangan sistem pendidikan dan kaderisasi petani milenial
ini sangat penting untuk disusun dan digalakan. Adanya kurikulum
untuk proses pendidikan dan kaderisasi yang mudah diikuti oleh
pemerintahan daerah dan organisasi masyarakat dalam aplikasinya
akan mempercepat perluasan pelaksanaan program petani milenial
ini.
Peran milenial
Menurut Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi, jumlah
petani Indonesia di tahun 2020 sekitar 33 juta jiwa. Dari jumlah itu,
hanya 29% yang usianya kurang dari 40 tahun, atau disebut petani
milenial.
Faktor pengungkit produktivitas adalah inovasi teknologi dan
sarana prasarana pertanian, serta kebijakan peraturan perundangan
termasuk kearifan lokal, yang masing-masing kontribusinya
sekitar 25%. Sedangkan kualitas manusia kontribusinya 50% dalam
produktivitas. Output dari pendidikan vokasi ini adalah petani