Page 281 - Berangkat Dari Agraria
P. 281
258 Berangkat dari Agraria:
Dinamika Gerakan, Pengetahuan dan Kebijakan Agraria Nasional
dijalankan secara konsisten dalam memimpin spiritualitas dan
kehidupan sehari-hari orang Badui.
Puun dijaga kehormatannya, dan tidak boleh keluar dari wilayah
adat Badui. Untuk menjalankan komunikasi dengan dunia luar, Puun
diwakili beberapa “Jaro”. Misalnya, urusan administrasi pemerintah,
Puun diwakili “jaro pamarentahan” yang berperan seperti menteri
dalam atau luar negerinya Badui.
Warga Badui yang tinggal di Desa Kanekes, Kecamatan
Leuwidamar ini, bagi Badui Dalam secara konsisten mengenakan
baju putih, kain sarung pendek putih dan ikat kepala juga berwarna
putih. Berbeda dengan Badui Luar yang mengenakan baju hitam
dengan kain sarung pendek hitam dan ikat kepala bermotif warna
biru terang. Badui Dalam tak boleh memakai alas kaki, baik sepatu
maupun sandal. Badui Luar boleh menggunakan sandal jika
bepergian.
Merujuk kajian Ade Makmur Kartawinata (2020), warga
Kanekes sepenuhnya masih di bawah kendali para pemimpin yang
ditunjuk Puun sebagai pucuk pimpinan yang berkedudukan di
tiga kampung “tangtu”, yaitu: Cikeusik, Cikartawana, dan Cibeo.
Praktik kepemimpinan ketiga Puun ini mempunyai fungsi yang
berbeda sesuai dengan kedudukan dan peranannya dalam hirarki
kekerabatan. Puun Cibeo berfungsi sebagai pemimpin kehidupan
sosial yang mengatur aktivitas warga masyarakatnya. Puun ini
dihubungkan garis keturunan yang paling muda.
Puun Cikeusik memimpin kegiatan keagamaan yang ditentukan
oleh garis keturunan yang paling tua. Sementara Puun Cikartawana
kedudukannya di antara kepemimpinan agama dan kehidupan
sosial yang berperan sebagai penyeimbang dunia nyata dan gaib.
Tanggung jawab terkait agama yang dilakukan Puun Cikeusik,
selalu dihubungkan dengan karuhun untuk memelihara identitas
budaya. Tanggung jawab sosial Puun Cibeo, selalu dihubungkan
dengan manusia untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup duniawi
(Kartawinata, 2020).