Page 282 - Berangkat Dari Agraria
P. 282

BAB VII  259
                                                     Geliat Kebijakan Kehutanan
                 Menurut Gunggung Senoaji (2010), wilayah Badui terdiri dari
             Badui  Dalam seluas 1.975 hektare (38,7%), dan Badui  Luar seluas
             3.127 hektare (61,3%), dari total 5.101,8 hektare wilayah Badui. Batas
             Badui Dalam dan Badui Luar adalah Sungai Ciujung (Utara), Gunung
             Pasir Angin, dan Kiara Lawang (Barat). Jumlah kampung di Badui
             sebanyak 58 kampung, 3 di Badui Dalam dan 55 di Badui Luar.
                 Kebudayaan  Badui  mengabdi  pada  visi  yang  lekat  dengan
             alam semesta. Berjalan kaki tanpa alas kaki, menjadi simbol yang
             menyatukan Orang Badui dengan bumi yang ia pijak.


             Kearifan budaya
                 Tahun 1997 penulis pernah berkunjung ke Badui. Rumah Orang
             Badui  atau Mandala Badui  berbahan kayu  dan bambu  dibangun
             tanpa menggunakan bahan  semen, baik lantai  atau  dindingnya.
             Badui membangun rumah di atas tanah dengan topografi datar dan
             curam. Kalau  tanahnya  curam, Badui  tak  pernah meratakan  atau
             mengubah kontur tanahnya.

                 Rumah Badui terbukti tahan gempa. Di Badui tak boleh masuk
             listrik untuk penerangan atau alat elektronika lainnya seperti televisi,
             radio, dan telepon genggam. Badui tak mengenal cangkul dan garpu,
             apalagi traktor, alat pertanian yang biasa digunakan petani untuk
             mengolah  tanah agar  lebih gembur.  Di  Badui  tak ada  pertanian
             sawah. Hanya pertanian tanah kering (huma) yang diperbolehkan.
             Tanah diperlakukan dengan sangat hormat, bahkan untuk sekadar
             mencangkul  atau menggarpu  tanah  pun menjadi  pantangan bagi
             Orang Badui.
                 Tanah  pertanian Badui  dimiliki  secara bersama atau kolektif.
             Di Badui tak dikenal kepemilikan pribadi atau individu atas tanah.
             Semua  tanah  adalah  milik  bersama  yang  dititipkan  Tuhan yang
             harus dijaga  secara  berkelanjutan  untuk anak cucu  kelak.  Semua
             bekerja sama di atas lahan pertanian sesama Badui. Penanaman dan
             pemeliharaan tanaman pertanian pangan mereka dilakukan dengan
             tenaga kerja internal secara bergilir. Semua  terlibat bekerja  tanpa
             pandang bulu. Bahkan Puun pun ikut bekerja.
   277   278   279   280   281   282   283   284   285   286   287