Page 313 - Berangkat Dari Agraria
P. 313
290 Berangkat dari Agraria:
Dinamika Gerakan, Pengetahuan dan Kebijakan Agraria Nasional
ayam, bebek, sapi, domba, dan kambing. Binatang menjadi sahabat
setia manusia dan sumber protein yang menyehatkan manusia.
Ada jenis binatang yang kian langka akibat perburuan dan
pembunuhan oleh manusia atau punah karena seleksi alam. Selain
komodo, ikan siluk merah, dan elang jawa yang ditetapkan sebagai
satwa nasional dalam Keppres No 4/1993, kita mengenal nama
harimau sumatera, badak jawa, gajah sumatera, orang utan, jalak
bali, dan burung cenderawasih.
Sebagian binatang yang langka itu dikandangkan dan
dijadikan obyek tontonan di kebun binatang. Hewan, seperti
buaya, monyet, ular, dan binatang langka lainnya telah lama jadi
penghuninya. Beberapa hewan langka masih jadi penghuni sisa-sisa
hutan Nusantara, seperti anoa, badak, dan kuskus. Jika kita gagal
memelihara mereka, berbagai jenis hewan langka itu kelak hanya
akan diingat anak cucu kita hanya dalam buku cerita saja, tanpa
wujud yang nyata.
Di hampir semua kota besar ada kebun binatang. Kalau di
Jakarta ada Taman Margasatwa Ragunan, Kebun Binatang Bandung
dan Taman Safari Indonesia, Bogor, Kebun Binatang Surabaya dan
Batu Secret Zoo Malang, Gembira Loka Yogyakarta, Bali Zoo Park,
dan Lembah Hijau Lampung. Kebun binatang telah menjadi tempat
rekreasi dan wisata keluarga yang utama. Kebun binatang telah
menjadi bagian identitas kota.
Kebun binatang menjadi pengingat manusia akan pentingnya
menjaga relasi yang harmonis dengan lingkungan secara bijak.
Eksistensi binatang memiliki hubungan korelatif dengan peradaban
manusia. Semakin lestari eksistensi binatang -terutama binatang
yang langka, maka semakin luhur peradaban manusia. Semakin
langka lalu hilang binatang karena ulah manusia, maka diduga kuat
semakin brutal budaya manusia. Kelestarian binatang dalam batas
tertentu akan sangat bergantung pada kualitas kebudayaan manusia
yang hidup di sekitarnya.