Page 212 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 212
Masalah Agraria di Indonesia
seperti yang terjadi di kampung Pangeran Timur yang kemu-
dian dipecah menjadi Jayadiningratan dan Timuran. Begitu
juga kampung Mangkudiningratan yang tadinya sangat luas
kemudian dibagi menjadi beberapa bagian kecil.
Penjualan tanah kasentanan sesungguhnya tidak diperbo-
lehkan. Tetapi dalam praktiknya terjadi juga penjualan dengan
sepengatuan pihak yang berkuasa namun diam-diam. Seperti
yang terjadi di Lempuyangan, terdapat 3 tanah kesentanan
yang dijual kepada orang lain. Pemiliknya yang baru menjadi
patuh bagi penumpang di situ.
Kewajiban penduduk terhadap patuh (pemilik tanah ka-
sentanan) bermacam-macam dan tidak sama berat dan jenis-
nya. Kewajiban-kewajiban tersebut pada umumnya terdiri
dari:
1. cahos (penjagaan) nderek (mengawal, mengiring patuh ke
tempat-tempat upacara resmi), reresik dalem (bekerja un-
tuk membersihkan rumah dan halaman), tugur (membantu
pada waktu perayaan) dan menjaga rumah patuh kalau
patuh bepergian menginap,
2. memberi gluntungan (kelapa), peni (buah-buahan yang
lezat), bambu atau bahan-bahan lainnya. Kewajiban 1 dan
2 ini dapat diganti dengan membayar uang yang dinamakan
uang penanggalan (ditarik pada tanggal-tanggal yang
tertentu, tiap-tiap bulan),
3. penjualan atau urusan lain-lain yang menyangkut soal
benda harus mendapat ijin dari patuh. Ada kalanya patuh
memungut 1/3 (sepertiga) dari harga penjualan peka-
rangan.
Patuh dapat menolak permintaan ijin penjualan tanah
tersebut. Pada tahun 1913 pernah terjadi perkara yang diadili
191