Page 281 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 281
Mochammad Tauchid
rapkan akan mengembalikan tanah nenek moyangnya dulu,
yang selama jaman penjajahan dirampas oleh kaum penjajah
dan menyebabkan kemiskinan, sengsara dan kelaparan.
Dengan tidak menghiraukan kepentingan pengairan
(hydrologie) bagi tanah pertaniannya, pembabatan hutan-
hutan untuk dijadikan tanah pertanian dijalankan terus. Ba-
haya erosi yang dapat menimbulkan bencana bagi pertanian-
nya, yang tidak dapat dikejar kembali dalam waktu berpuluh
bahkan beratus tahun, tidak diketahui dan tidak diingat. Rak-
yat merasa merdeka membuka hutan kembali sebagai hak
nenek moyangnya dulu, yang selama ini tertutup dan terla-
rang. Kalau dulu rakyat takut mengganggu hutan larangan,
karena takut bayonet, sesudah Indonesia merdeka yang men-
janjikan kebahagiaan dan kemuliaan rakyat menganggap
tidak ada alasan untuk takut lagi. Hal ini terutama terhadap
tanah-tanah onderneming yang sudah didahului di jaman Je-
pang dengan izin atau perintah militer Jepang. Pada sangkanya,
sedang Pemerintah Jepang saja suka memberikan tanah-tanah
onderneming itu “untuk rakyat”, sudah barang tentu bahwa
Pemerintah Indonesia Merdeka, yang akan memberikan keba-
hagiaan rakyat, akan mengizinkan tindakan itu, demikian sang-
kanya. Rakyat yang haus akan tanah, menganggap dan meng-
harap bahwa terusirnya penjajahan dari bumi Indonesia,
berarti akan kembalinya hak-hak kepunyaannya dulu.
Pada waktu terjadinya perang kolonial antara Indonesia
dan Belanda, untuk siasat bumi hangus, pembongkaran onder-
neming-onderneming sebagai sumber kekayaan musuh, dite-
ruskan dengan perintah pimpinan perjuangan, pimpinan ang-
katan perang dan Pemerintah.
Rakyat yang memang haus akan tanah, ingin makan
260