Page 283 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 283
Mochammad Tauchid
Negaranya, dengan kepercayaan dan pengharapan bahwa
perkebunan yang dikuasai dengan merek “milik republik” itu
hasilnya untuk negara dan untuk rakyat, maka bagaimanapun
hausnya rakyat akan tanah, tidaklah mau mengambil tanah
yang diberi merek “milik Republik Indonesia” itu begitu saja.
Terhadap tanah-tanah onderneming-onderneming ini, rakyat
masih dapat menahan nafsunya.
Tetapi penguasaan tanah-tanah onderneming oleh sau-
daranya bangsa Indonesia dari tangan bangsa asing itu ternya-
ta tidak merupakan jaminan akan ikut sertanya rakyat miskin
mendapatkan bagian kekayaan itu. Rakyat tani serta buruh
kecil dalam perkebunan-perkebunan itu masih tetap bekerja
sebagai buruh, penjual tenaga dengan harga murah, sebagai
kuli dengan panghidupan yang tetap tidak berubah. Hanya
beda gelarnya, dari kuli Hindia Belanda menjadi kuli Indone-
sia Merdeka, kuli Republik.
Pabrik-pabrik dan perusahaan serta perkebunan-perke-
bunan direbut dari tangan Jepang, pindah ke tangan bangsa
Indonesia. Beberapa “kelompok manusia Indonesia” berganti
kuasa di atas runtuhan kekuasaan bangsa asing atas perke-
bunan-perkebunan, “berkat di atas onderneming” dengan
rakyat yang telah bersama-sama merebutnya dari tangan Je-
pang dengan tidak gentar menentang ujung bayonet. Tetapi
belumlah sama-sama rakyat berdaulat dalam pembagian
rezeki hasil perkebunan itu.
Rakyat tani Indonesia masih tetap rakyat tani Indonesia
dengan nasibnya yang belum juga berubah. Hanya beberapa
orang saja yang berkuasa di atas perkebunan itu yang sudah
mulai merasakan hasil kedaulatan atas perkebunan itu.
Di beberapa tampat lagi, hak historis orang asing atas
262