Page 288 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 288

Masalah Agraria di Indonesia

                didapat selama revolusi dengan pengorbanan darah dan jiwa,
                berupa tanah-tanah bekas onderneming, akan terus menjadi
                haknya sebagai salah satu hasil revolusi yang nyata. Hal ini
                terutama disebabkan karena pembongkaran tanah itu dulu
                telah mendapat izin, bahkan ada yang diperintahkan oleh
                Pemerintah Jepang dan kemudian oleh Republik Indonesia
                pada waktu peperangan menghadapi Belanda.
                    Mereka menganggap bahwa perintah mengembalikan ta-
                nah kepada pihak onderneming sesudah merdeka itu, sebagai
                satu keganjilan yang tidak mudah diterima olah akalnya.
                Perintah itu diterima dengan sesal dan sedih serta penuh rasa
                kecewa. Perasaan keadilan rakyat sukar dapat membenarkan
                kejadian-kejadian yang dirasakan ganjil itu. Rakyat yang ku-
                rang mengerti politik tinggi, tidak tahu politik internasional,
                tahu dan merasakan bahwa tindakan yang ganjil itu sungguh-
                sungguh dirasakan sebagai hal yang tidak adil. Rakyat ingat
                sendiri bahwa hak-haknya dulu dirampas, tanahnya diambil
                oleh kekuasaan kolonial untuk diberikan kepada kaum modal
                yang akan membuka onderneming. Berulang-ulang terjadi pe-
                langgaran oleh kaum modal dengan onwettige occupatie,
                yang selalu dicarikan jalan untuk melindungi. Rakyat tahu dan
                mengerti perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum ke-
                adilan itu, tetapi karena kekuatan senjata tentangnya, rakyat
                hanya mengandung perasaan sesal dan dendam. Hukum tanah
                di masa yang lampau nyata-nyata sebagai hukum tanah yang
                melanggar hukum keadilan dan kemanusiaan, sebagai dikata-
                kan oleh Van Vollenhoven bahwa hukum tanah Hindia Belanda
                itu adalah sebagai perampasan keadilan dan pelanggaran
                hak bangsa Indonesia.
                    Pelaksanaan perjanjian K. M. B. di lapangan keuangan dan

                                                                  267
   283   284   285   286   287   288   289   290   291   292   293