Page 297 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 297
Mochammad Tauchid
melahirkan rasa sesal dan sedihnya atas perbuatan peme-
rintah penjajah dulu. Sekarang mereka menyatakan apa-
apa yang sudah lama terkandung.
3. Sawah Rawa Lakbok.
Di daerah Ciamis terdapat rawa yang terkenal dengan nama
Rawa Lakbok yang luasnya kira-kira 12.000 ha. Rawa ini
semula pada musim penghujan sebagai lautan. Pada musim
kemarau menjadi sumber penghasilan orang-orang di seki-
tar rawa itu, sebagai tempat menangkap ikan. Beratus-ratus
orang dari daerah Banyumas dan Bagelen di musim kemarau
datang ke sana untuk menangkap ikan.
Sejak tahun 1925, banyak orang datang dari daerah lain
membuka ranca (tanah rawa) yang dangkal-dangkal untuk
dijadikan sawah, sedang di kanan kirinya, di tempat-tempat
agak tinggi didirikan gubug-gubug untuk tempat tinggalnya.
Pada tahun 1927 oleh bupati Tasikmalaya, orang-orang
diizinkan membuka ranca Lakbok untuk dijadikan sawah.
Izin ini diberikan dalam satu kumpulan besar yang dihadiri
rakyat dari beberapa desa oleh Bupati.
Izin membuka rawa jadi sawah ini disambut dengan gembira
oleh rakyat. Kemudian datang juga orang-orang tani dari
daerah Bagelen Banyumas, berduyun-duyun ke sana,
bermaksud untuk mendapatkan tanah pertanian yang baru.
Mereka datang membawa alat-alat pertanian selengkapnya,
dengan biaya-biaya yang tidak sedikit. Setengahnya sudah
menjual tanahnya, dengan pengharapan akan mendapatkan
tanah yang lebih lebar dan lebih baik untuk penghidupan-
nya.
Sebagai lazimnya peraturan pembukaan tanah—menurut
ordonansi buka tanah—rakyat yang mendapatkan izin buka
276