Page 299 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 299
Mochammad Tauchid
baik untuk dibuat kebun-kebun karet daripada sawah bekas
rawa itu. Onderneming butuh tempat menanam karet,
bukan sawah untuk menanam padi. Orang yang mempunyai
tanah gunung 1 ha dapat diterima ganti sawah (bekas rawa)
1 ha juga. Siapa yang tidak mempunyai tanah gunung untuk
gantinya, diharuskan meninggalkan sawah itu.
Yang mempunyai tanah gunung umumnya orang-orang
yang kaya di situ, atau pegawai-pegawai negeri dengan
kedok nama lain. Hanya mereka (pegawai negeri) yang tahu
jalannya meminta tanah negeri untuk dibuka menjadi tanah
pertanian yang dengan uang f 4, sudah dapat menerima
tanah negeri 1 ha. Merekalah yang dapat menerima sawah
sebagai gantinya. Sama-sama untung, karena jasanya rakyat
miskin yang tertindas dan tertipu itu. Mereka yang tidak
mempunyai tanah gunung, umumnya orang yang datang
dari luar daerah, terpaksa harus meninggalkan tanahnya
itu, atau mengikat janji membayar cukai yang besar itu.
Karena luasnya tanah gunung tidak cukup untuk menukar
semua sawah bekas rawa, kelebihannya dijual kepada rakyat
di antaranya kepada orang-orang yang tadinya membuka
tanah itu. Sesudah mereka dengan susah payah membuka
rawa, setelah menjadi sawah seperti yang diharapkan, ke-
mudian disuruh membeli. Atas “kemurahan hati” onder-
neming, pambayaran pembelian tanah itu dapat diangsur
dengan melalui Bank Rakyat (Algemeene Volks Crediet
Bank). Tetapi beratnya cicilan tidak seimbang dengan
kekuatan orang itu, tidak sesuai dengan hasil pertaniannya.
Penyicilan yang berat, menimbulkan keteledoran mereka
dalam mengangsur pinjamannya. Hal ini dipergunakan oleh
orang-orang, pegawai dan pensiunan serta orang-orang lain
278