Page 304 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 304
Masalah Agraria di Indonesia
bagiannya yang separo. Kecuali itu penggarap harus me-
nanggung biaya-biaya memperbaiki selokan-selokan
pengairan.
Penduduk desa Gempolsewu ada 5.635 orang dengan hanya
mempunyai sawah norowito (tanah kominal) dan yasan
seluas 97 ha atas namanya 84 orang. Orang-orang lainnya
tidak mempunyai tanah untuk pertaniannya.
Dengan keadaan orang tani yang miskin dan tak mempunyai
tanah itu pemilik tanah erfpacht dapat jual mahal dalam
memarokan sawahnya, dengan perjanjian-perjanjian yang
memberatkan orang yang menggarapnya.
Pemakaian tanah erfpacht dengan penanaman padi dengan
diparokan kepada rakyat itu terang melanggar perjanjian,
karena menurut undang-undang tidak diperbolehkan pema-
kaian erfpacht untuk pertanian rakyat.
Pelanggaran ini sudah diketahui oleh Belanda dulu. Tetapi
tidaklah ganjil bahwa perbuatan itu dibiarkan bagitu saja.
Banyak sekali terjadi hal semacam ini di seluruh Indonesia
terutama di Jawa.
Perjanjian-perjanjian yang berat terpaksa diterima oleh rak-
yat miskin, sekedar ingin mendapat sejengkal tanah untuk
dikerjakan, untuk sesuap nasi buat menyambung nyawanya
agar jangan lekas putus.
6. Di samping perkebunan milik asing yang luasnya beribu-
ribu ha di daerah Blitar, penduduk sangat kecil milik tanah-
nya. Mereka sebagai tani yang tidak dapat hidup dari hasil
tanahnya terpaksa harus mencari pekerjaan di onderneming
yang berdekatan.
Desa Genduasari dalam daerah perkebunan Papuh, yang
berpenduduk 1.332 orang terdiri dari 346 keluarga hanya
283