Page 322 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 322

Masalah Agraria di Indonesia

                menghadapi usaha pengembalian tanah-tanah bekas onder-
                neming dari tangannya. Juga pasal-pasal K. M. B. mengenai
                soal tanah-tanah yang diduduki rakyat menjadi populer di
                kalangan rakyat di daerah onderneming.
                    Rakyat yang mempertahankan tanah yang diduduki yang
                merasa dibenarkan oleh pasal-pasal K. M. B. serta instruksi
                Kementrian Dalam Negeri serta penerangan-penerangan yang
                didapat tentang sikap Pemerintah Republik dan Pemerintah
                R. I. S. seperti dinyatakan dalam jawaban Pemerintah (Menteri
                Dalam Negeri dan Kemakmuran R. I. S) di muka, menghadapi
                alat-alat pemerintah dan pihak onderneming yang memberi-
                kan tafsiran sendiri mengenai pasal-pasal itu. Rakyat yang
                telah menduduki sebidang tanah bebas onderneming sejak
                zaman Jepang dan revolusi, sekalipun selama itu pernah me-
                ninggalkan tempat itu karena diusir oleh militer Belanda dan
                kaki tangannya, menafsirkan bahwa atas tanah-tanah itu mere-
                ka tetap berhak kembali sesudah kekuasaan Belanda mening-
                galkan tempat itu.
                    Hal ini banyak terjadi di daerah onderneming, rakyat di-
                usir oleh tentara Belanda pada waktu agresi militer Belanda
                pertama dan kedua. Tanah bekas diduduki rakyat itu selama
                agresi militer belum juga dapat diusahakan oleh onderneming,
                sekalipun sudah ada yang mendapat izin dari Pemerintah Pen-
                dudukan Belanda (T.B.A.), karena “pengacauan-pengacauan”
                gerilya R.I.
                    Atas tanah itu, rakyat merasa berhak kembali menduduki
                sesudah Belanda meninggalkan daerah itu, berdasarkan atas
                bunyi pasal-pasal persetujuan K. M. B. dan sikap pemerintah
                R. I. dan R.I.S. seperti diutarakan di muka.
                    Sebaliknya pihak onderneming menafsirkan bahwa tanah-

                                                                   301
   317   318   319   320   321   322   323   324   325   326   327