Page 317 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 317
Mochammad Tauchid
ganya. Tetapi, karena sejengkal tanah, orang sudah dapat mata
gelap. Hal ini menunjukkan bahwa faktor psikologis dan faktor
politis besar pengaruhnya, bahkan pada suatu ketika mengu-
asai keadaan, di samping faktor ekonomis yang pokok dalam
soal perebutan tanah ini. Banyak kejadian-kejadian yang susah
untuk dikendalikan lagi karena nafsu yang meluap untuk
mendapat tanah. Di daerah Sulawesi Selatan (di daerah-daerah
Swapraja), terjadi pergolakan-pergolakan mengenai tanah-
tanah ongko-ongko dan awatarang dengan tesang-nya yang
riwayatnya sudah diuraikan dalam buku bagian pertama.
Di Semarang terus-menerus terjadi persoalan tanah par-
tikelir sebagai sisa-sisa warisan dengan hukum feodalnya.
Semuanya ini adalah kejadian-kejadian yang kita pusakai
dari politik agragria kolonial Hindia Belanda yang meminta
jawab yang pasti dan penyelesaian yang lekas.
IV. Usaha Pemerintah dalam Mengatasi Keadaan dan
Cara Penyelesaian lain-lainnya
Sebagai salah satu soal yang pertama harus diselesaikan
oleh Pemerintah Nasional kita ialah soal tanah. Soal penentuan
politik tanah dan penyelesaian yang berhubungan dengan soal-
soal itu. Ketegangan-ketegangan keadaan di daerah meminta
segera penyelesaian. Tetapi hingga sekarang, belumlah Peme-
rintah memulai melangkah kepada penyelesaian yang prinsipil
yang menjadi pangkal segala sengketa dan penyelesaian. Kesi-
bukan dalam politik, dan soal-soal lainnya yang dianggap be-
sar, mengurangi dan membelokkan perhatian Pemerintah dan
masyarakat akan soal-soal yang pokok yang harus dipecahkan
lebih dulu.
Umumnya sedikit saja kita memperhatikan soal tersebut,
296