Page 314 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 314
Masalah Agraria di Indonesia
pengusaha di waktu tanaman itu belum waktunya dibongkar.
Sekalipun atas tanaman yang dirusak itu pihak onderneming
memberikan ganti dengan harganya hasil yang akan dipetik
nanti, tetapi soal tanaman bagi orang tani nilainya tidak dapat
diukur dengan uang saja. Beratnya hati meninggalkan tanah
dan tanamannya tidak dapat diringankan dengan penggantian
uang beberapa puluh rupiah. Kejadian yang mengecewakan
rakyat ialah bahwa rakyat yang selama pendudukan Jepang,
dan kemudian zaman Republik, dan seterusnya di zaman geril-
ya menduduki tanah-tanah itu masing-masing dengan izin
Jepang dan izin Republik dan dipertahankan selama pendu-
dukan Belanda, setelah penyerahan kedaulatan diusir oleh
tentara nasional sendiri. Akibatnya ialah pergolakan di sana
yang terus-menerus terjadi, tidak reda-redanya.
Lepas dari persoalan dan pertimbangan benar atau tidak-
nya kekuasaan yang dijalankan oleh pihak Pemerintah daerah
semacam itu, teranglah bahwa tindakan itu tidak bijaksana,
dengan tidak mengingat faktor-faktor politis dan psikologis di
kalangan rakyat, kurang menyesuaikan dengan kebijaksanaan
Pemerintah Pusat.
Asal-usul tanah itu dapat diuraikan sebagai berikut :
Di daerah Blitar terdapat perkebunan-perkebunan :
Bendorejo (Wates, Kediri) seluas ………. 3.500 ha,
Jengkol (Kecamatan Plosoklaten) ………. 11.000 ha,
Galuhan (Kecamatan Kandat dan Wates,
Blitar) .....…. 7.000 ha,
semuanya itu di zaman Belanda ditanami serat nanas, sing-
kong, dan di samping itu ditanami tanaman untuk rabuk hijau.
Pada waktu kapitulasi Belanda oleh Jepang tanah-tanah
itu diberikan kepada rakyat, yaitu tanah-tanah yang diting-
293