Page 311 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 311

Mochammad Tauchid

              Lagi pula dasar Ordonansi Pemulihan Hak itu ialah kalau
              dalam suatu waktu yang akan ditetapkan, pemulihan hak
              tidak jadi diminta, keadaan yang semulanya menentang
              hukum tetap masuk ke dalam aturan hukum. Sebaliknya
              Pemerintah menganggap tidak pantas dibiarkan saja si
              pemakai memakai tanah-tanah yang amat berfaedah untuk
              penjagaan air atau tanah yang mudah hanyut yang berba-
              haya erosi bagi pertanian, sehingga kesuburan tanah mung-
              kin akan hilang”.
                Selanjutnya jawab Menteri Kemakmuran R.I.S. (17 Mei
            1950) atas pertanyaan serupa di muka, sebagai berikut :
              “Terhadap tanah-tanah bekas onderneming yang karena
              siasat bumi hangus ataupun tinggalan rombakan zaman
              pendudukan Jepang sekarang dikerjakan oleh rakyat sebagai
              tanah pertanian, Pemerintah mengambil sikap sebagai be-
              rikut :
              a. Bilamana onderneming tidak dapat dibangun kembali,
                 maka tanah tinggal tetap seperti keadaan sekarang,
                 yaitu rakyat diperbolehkan mengerjakan sebagai ta-
                 nah pertanian.
              b. Bilamana onderneming dapat dibangun kembali, maka
                 rakyat yang menduduki tanah-tanahnya tidak akan
                 diusir begitu saja. Akan ditinjau, tanah mana yang akan
                 dipergunakan lagi oleh onderneming. Tanah-tanah
                 yang tersebut di belakang akan dikembalikan kepada
                 onderneming dengan cara yang tidak merugikan Rak-
                 yat yang mendudukinya. Misalnya penduduknya dibe-
                 ri tanah lain atau diberi kerugian uang dan sebagai-
                 nya”.
                Demikian sikap dan pendirian Pemerintah R.I.S. dalam

            290
   306   307   308   309   310   311   312   313   314   315   316