Page 316 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 316
Masalah Agraria di Indonesia
pemberian konsesi oleh Sultan-sultan kepada orang-orang
asing.
Di sana terjadi tanah konsesi yang sudah dibuka sejak
zaman Jepang dan yang belum pernah dibuka, kemudian
diizinkan oleh Residen R.I., dengan surat izin 1 Mei 1947 tanah-
tanah itu dikerjakan rakyat sebagai tanah pertanian. Rakyat
telah membuka tanah-tanah itu dengan mendirikan gubug ru-
mahnya, dengan biaya yang tidak sedikit. Di Kabupaten Sima-
lungun sendiri kira-kira 40.000 ha tanah semacam itu.
Tiba-tiba Belanda menyerbu daerah itu. Orang-orang di-
usir, rumah-rumahnya dibakar. Setelah penyerahan kedau-
latan timbul perebutan tanah yang tidak selesai-selesainya,
dan sukar dipadamkan. Riwayat Sumatera Timur dengan kon-
sesi dan poenale sactie-nya memberi warisan kesukaran dan
keruwetan.
Di Ciamis, Subang, Sumedang terjadi hal-hal semacam
itu.
Keadaan dan kekeruhan ini dipergunakan oleh orang-
orang yang sengaja memancing ikan di air keruh, mempergu-
nakan kesempatan ini untuk keuntungannya. Rakyat yang
membuka tanah itu dipergunakan dengan kekuatan uangnya
supaya nanti tanahnya (yang direbut dan dipertahankan) dari
pihak onderneming menjadi kepunyaannya, dengan sistem
kedok.
Di satu tempat, orang tidak menghitung untung rugi dari
pengembalian tanah onderneming itu, sekalipun bagiannya
sangat sedikit. Orang yang sudah pergi meninggalkan tempat-
nya yang lama, ditempatnya yang baru hanya menerima tanah
yang tidak subur dan tidak lebih dari 0,2 ha untuk keluarganya.
Tentu akan jauh tidak mencukupi untuk penghidupan keluar-
295