Page 357 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 357

Mochammad Tauchid

            masyarakat Indonesia”.
                Karena itu selalu dicari dasar yang terdapat dalam masya-
            rakat, yang kiranya dapat dijadikan pegangan dan alasan untuk
            membenarkan tindakan itu.
                Sampai pada waktu pembentukan Undang-undang (RR)
            1854, masih belum lagi cukup pengetahuan orang mengenai
            dasar-dasar hukum dan hak tanah bagi Rakyat Indonesia. Sejak
            dulu orang-orang sudah sangsi akan kebenarannya teori “do-
            mein” yang melahirkan Domeinverklaring.
                Dalil Raffles, yang dasarnya dibawa dari Inggris, berda-
            sarkan anggapan bahwa Raja adalah pemilik tanah, sebagai
            orang yang mempunyai Negeri dengan seisinya, sebagai Raja
            seru sekalian alam. Pengetahuan yang didapat selayang pan-
            dang di daerah Kerajaan (Vorstenlanden), dengan adanya isti-
            lah “tanah itu menjadi kepunyaan raja” (kagungan dalem),
            menambah kuatnya pegangan seterusnya di dalam menentu-
            kan sekalian Undang-undang dan peraturan tentang tanah.
                Orang berbantah dan berselisih faham tentang ini, tentang
            benar tidaknya dalil Raffles. Tetapi kepentingan jajahan me-
            nuntut keuntungan-keuntungan yang sebesar-besarnya dari
            jajahannya. Untuk maksud ini tafsir atas kebiasaan yang berla-
            ku dijadikan pegangan dan patokan.
                Raffles menggunakan dalilnya untuk menjalankan sistem
            landrente-nya. Komisaris-komisaris Jenderal Belanda yang
            meneruskan pemerintah sesudah Raffles, dengan tidak selidik
            seksama menerima dalil Raffles sebagai suatu aksioma. Diper-
            gunakannya untuk menjual tanah “miliknya” itu kepada orang
            partikelir, meneruskan yang dulu-dulu dijalankan. Disamping
            itu, meneruskan sistem landrente Raffles.
                Penjualan “tanah partikelir” dengan hak kenegaraan su-

            336
   352   353   354   355   356   357   358   359   360   361   362