Page 193 - Pengantar Hukum Tata Negara
P. 193
182 Dian Aries Mujiburohman
koalisi yang sering kali menjatuhkan kabinet, sehingga meng-
akibatkan pemerintah tidak dapat menjalankan programnya
dengan baik.
Pertumbuhan demokrasi liberal atau demokrasi parlementer
mewawarnai segi kehidupan, terutama kehidupan politik. Ekses
negatif yang tampak dalam kehidupan politik negara meliputi segi-
330
segi: (a) kedudukan Pemerintah, dalam hal ini kabinet, sangat labil,
terutama sebelum pemilihan umum 1955, (b) pemerintah belum
mempuyai kesempatan yang memadai untuk mengerjakan sesuatu
pekerjaan secara terencana dan tuntas, (c) keputusan-keputusan
politik diambil melalui perhitungan suara (voting), terutama
menyangkut kebijaksanaan pemerintah dan menjadi wewenang
lembaga perwakilan rakyat, (d) oposisi dijalankan dengan cara
menampakkan citra negatif terhadap pemerintah dikalangan rakyat,
(f) karena adanya iklim kebebasan maka dalam waktu yang relatif
singkat kehidupan kepartaian tumbuh laksana jamur dimusim hujan.
Di parlemen, secara sendiri-sendiri para wakil rakyat mempuyai
kedudukan yang kuat, siapa saja yang ingin mengajukan usul
inisiatif, resolusi, mosi atau interpelasi, dapat memulai tindakan
pribadi dengan menghimpun dukungan beberapa anggota
parlemen, tidak perlu terlebih dahulu disetujui oleh induk partainya
atau oleh fraksi di parlemen, tidak sedikit dari mosi-mosi ini sempat
mengoyahkan Kabinet. Mosi Hadikusumo, misalnya, menjadi
salah satu sebab mundurnya Kabinet Natsir. Mosi Burhanuddin
Harahab menyebabkan mundurnya Menteri Pertahanan Iwa
Kusumasumantri, dan kemudian disusul pula penyerahan mandat
Kabinet Ali Sastroamidjojo I pada akhir tahun 1955. Karena faktor-
331
330 S. Toto Pandoyo, Ulasan Terhadap Beberapa Ketentuan UUD 1945,
dalam M.Rusli Karim, Perjalanan Partai Politik di Indonesia; sebuah
potret pasang surut, Cat. 3, (Jakarta: Rajawali Press ,1993), hlm. 125-126.
331 Jimly Asshiddiqie, Gagasan Kedaulatan Rakyat Dalam Konstitusi dan