Page 154 - Mahadelta: Manifesto Penguasaan Tanah Terlarang
P. 154

orang nelayan  trawl di Propinsi Kalimantan Timur telah mendapatkan
             realisasi kucuran dana kredit sebesar Rp. 924.938.175,- untuk pengalihan
             kegiatan ekonomi non- trawl dari pemerintah pusat. Dana bantuan itu,

             belum termasuk realisasi kredit  Intam yang mencapai Rp. 150.000.000,-
             dan realisasi kredit RCP sebesar Rp. 156.379.400,- pada tahun anggaran
             1990/1991 (Dinas Perikanan Propinsi Kaltim, 1991). Kebijakan tersebut,
             diiringi dengan pembinaan dan penyuluhan kegiatan pertambakan yang
             dilakukan secara intensif oleh berbagai instansi terkait, setidaknya hingga
             tahun 1988 telah dibina sebanyak 250 orang tenaga terlatih dalam bidang
             pertambakan.
                 Berbagai kebijakan tersebut merupakan manifestasi dari obsesi
             pemerintahan  Orde Baru, yang berupaya meningkatkan ekspor
             non-minyak, melalui kegiatan ekstraksi sumberdaya alam yang
             berkelanjutan dari sektor perikanan. Rintisan awalnya dimulai pada 1971
             melalui proyek pembangunan perikanan yang didukung bantuan dari
               FAO selama dua tahun. Setelah itu disusul dengan proyek Brackishwater
             Shrimp and Milkfish Culture Research and Training di Jepara selama
             sembilan tahun (1972-1981), yang berhasil melakukan pelatihan regional
             dan nasional melalui pembangunan Balai Pengembangan Budidaya Air
             Payau.
                 Selanjutnya juga diterapkan teknologi polikultur (udang dan
             bandeng) dalam pengembangan budidaya udang di Jawa Timur.
             Keberadaan proyek itu mendapatkan dukungan fasilitas kredit dari Bank
             Dunia dan  IBRD sejak 1975, dilanjutkan pada 1979 dengan pemberian
             fasilitas kredit proyek pedesaan Bank Dunia. Setelah itu, berdasarkan
             Keppres No. 39 Tahun 1980, kredit yang tersedia untuk kegiatan budidaya
             tambak diterapkan melalui program  INTAM. Dengan dukungan dari
             berbagai fasilitas kredit, beberapa petambak mulai dilatih melakukan
             kegiatan budidaya monokultur udang. Setidaknya pada 1988, sekitar
             4.668 hektar tambak telah digunakan untuk budidaya udang secara
             monokultur maupun polikultur dengan ikan bandeng melalui program
               INTAM Swadana, yang berarti 74% dari 6.323 ha yang diproyeksikan





             Siasat Menguras Sumberdaya Perikanan                         127
   149   150   151   152   153   154   155   156   157   158   159