Page 159 - Mahadelta: Manifesto Penguasaan Tanah Terlarang
P. 159

kapal > 30 GT yang mampu melakukan operasi penangkapan maksimal
            pada kedalaman > 20 meter (sekitar > 6 mil dari pantai), yang berbiaya
            besar. Padahal pada kedalaman tersebut, densitas udang belum optimal
            dieksploitasi, potensi udang yang tereksploitasi baru mencapai 6,5 ton/
            bulan dari potensi keseluruhan yang mencapai 77,3 ton/bulan ( Juliani,
            2005). Ukuran udang pada kedalaman 20 – 50 meter, umumnya juga lebih
            besar dan memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan udang di
            tempat dangkal, sehingga lebih menguntungkan dan mampu mendukung
            kelangsungan usaha di sektor penangkapan udang.


            5.2 FASE INDUSTRI PERIKANAN BUDIDAYA

            5.2.1 Reproduksi Kebijakan Penguasaan Sumberdaya Agraria
                Sampai dengan tahun 1980-an, sebenarnya aktifitas ekonomi utama
            masyarakat setempat sebagian besar masih ditopang oleh kegiatan
            perikanan tangkap (nelayan), sementara aktifitas pertambakan baru
            diintrodusir oleh sebagian kecil masyarakat di kawasan Delta Mahakam
            dari para migran Bugis yang datang belakangan. Seperti terungkap dalam
            penelitian  Lenggono (2004), “kegiatan pertambakan di Kawasan Delta
            Mahakam sebenarnya baru dimulai sekitar tahun 1978, ketika beberapa
            orang pendatang dari Sulawesi menyampaikan informasi tentang tata
            cara pembuatan tambak secara tradisional. Diantara warga setempat
            yang berminat mencoba mempraktekkan informasi tersebut adalah Haji
            Beddu di Tani Makmur dan Haji Lamat di  Muara Pantuan”.
                Lebih lanjut, Haji Lamat menuturkan bahwa ia memulai kegiatan
            usaha pertambakan dengan “membuka” 2½ Ha lahan mangrove yang
            ada di samping rumahnya, untuk membangun empang sedalam ½ M
            dengan peralatan seadanya. Karena keterbatasan tenaga ia hanya
            mampu memperdalam empang itu beberapa meter dari tanggul, sehingga
            menyisakan tanah timbul di tengah empang. Selanjutnya empang tersebut
            diisi dengan air dari laut yang kebetulan berhadapan dengan empang yang
            dibangunnya, tanpa proses penaburan benih, ia melakukan perawatan
            seperlunya. Sekitar 3 bulan setelahnya, ia mencoba mengeringkan




         132                      Mahadelta: Manifesto Penguasaan Tanah Terlarang
   154   155   156   157   158   159   160   161   162   163   164