Page 167 - Mahadelta: Manifesto Penguasaan Tanah Terlarang
P. 167

wilayah operasi mereka. Apabila suatu saat tidak mampu mengamankan
            sendiri wilayah konsesinya, barulah mereka meminta bantuan pada
            aparat keamanan negara atau jika memerlukan lahan-lahan baru untuk
            kegiatan produksi, cukup dengan meminta bantuan BP Migas berunding
            dengan masyarakat pemilik lahan/tambak melalui pemkab/pemprop
            sebagai mediator.
                Pragmatisme yang ditunjukkan perusahaan migas juga terlihat
            dari mekanisme kompensasi/ganti-rugi materil yang lebih mereka
            sukai dalam berhubungan dengan masyarakat setempat, prinsipnya
            “lebih baik membagi sedikit untuk mendapatkan bagian yang lebih
            besar, dibandingkan menegakkan aturan yang membutuhkan bagian
            yang tidak kecil”. Sementara pemerintah daerah yang sejak awal tidak
            mampu memberikan kepastian hukum atas tanah-tanah negara tersebut,
            cenderung bersepakat dengan model kebijakan ganti-rugi/kompensasi
            yang diterapkan perusahaan migas dan BP Migas, sekalipun tanah-tanah
            negara yang akan diganti-rugi tersebut, secara formil tidak memiliki
            keabsahan.

            5.2.2 Pola Pendudukan Tanah Negara
                Tanah-tanah negara di kawasan Delta Mahakam dikuasai dengan
            berbagai cara, seperti pewarisan dari orang tua, proses jual-beli, serta
            usaha merintis dengan mendapat izin garap dari otoritas setempat,
            namun tidak sedikit yang melakukannya tanpa izin garap. Umumnya
            masyarakat setempat mengaku bahwa tanah-tanah yang mereka kuasai
            pada awalnya diperoleh dari proses pembagian oleh RT/Kepala Desa.
            Mekanisme pembagiannya didasarkan pada jumlah KK dalam kelompok-
            kelompok komunitas petambak, dimana setiap KK akan mendapatkan
            lokasi seluas dua hektar. Tidak hanya usaha merintis hutan mangrove
            menjadi area pertambakan yang bisa dilakukan tanpa sepengetahuan
            otoritas setempat, transaksi jual-beli pun banyak yang dilakukan
            tanpa sepengetahuan kepala desa dan camat. Transaksi jual-beli yang
            berusaha menghindari keterlibatan kepala desa ataupun camat tidak
            hanya didorong motif untuk terbebas dari kewajiban membayar biaya




         140                      Mahadelta: Manifesto Penguasaan Tanah Terlarang
   162   163   164   165   166   167   168   169   170   171   172