Page 170 - Mahadelta: Manifesto Penguasaan Tanah Terlarang
P. 170
paling diuntungkan dengan kebijakan tersebut, Haji Maming dikenal
sebagai ponggawa yang menguasasi hamparan tambak paling luas di Muara
Pantuan hingga saat ini. Begitu pun Haji Halim yang juga orang tua
angkat Haji Mangkana (eksportir terbesar di kawasan Delta Mahakam),
tidak hanya memilik hamparan tambak luas di Muara Pantuan namun
juga di Sepatin. Berbeda dengan (alm.) Haji Uton yang mendapatkan
“konsesi” karena jabatannya sebagai kepala desa, saat ini ia hanya bisa
meninggalkan beberapa petakan tambak yang diwariskan pada anak-
anaknya.
Tabel 5.6 Pihak Yang Berkuasa Terhadap Lokasi Pertambakan di Desa
Muara Pantuan
Sumber: Lenggono, 2004 (Wawancara Mendalam dengan Mantan Kades Muara Pantuan)
Pendistribusian penguasaan hutan mangrove juga telah menjadikan
para ponggawa sebagai “agen regulasi” pertanahan di aras lokal, selain para
kepala desa. Para ponggawa dan sejumlah tokoh kunci dalam masyarakat
inilah yang selanjutnya berperan mendistribusikan tanah-tanah yang
berada dibawah konsesinya pada para petambak yang menjadi kliennya
dengan sejumlah ketentuan yang mengikat. Tanah-tanah negara yang
dikuasai secara tidak prosedural inilah yang kelak menjadi aset produksi
kunci yang dimanfaatkan dan didistribusikan para ponggawa sebagai alat
untuk meraih kekuasaaan, kekayaan dan status sosial. Namun demikian,
penguasaan hutan yang tidak prosedural ini kelak juga menjadi cikal-bakal
terjadinya banyak kasus tumpang tindih penguasaan lokasi pertambakan.
Seperti, kasus perebutan hak penguasaan atas lokasi pertambakan yang
melibatkan dua ponggawa besar di Muara Pantuan antara Haji Maming
dengan Haji Onggeng pada pertengahan tahun 2003.
Siasat Menguras Sumberdaya Perikanan 143