Page 89 - Mahadelta: Manifesto Penguasaan Tanah Terlarang
P. 89
3.2.3 Kondisi Mutakhir: Pelarangan Trawl, Illegal Fishing,
hingga Pertambakan Ilegal
Penghapusan jaring trawl secara total yang pelaksanaannya mulai
dlterapkan secara ketat menjelang tahun 1983, ternyata tidak berimbas
pada penurunan produksi perikanan di pantai timur Kalimantan. Hal ini
terlihat dari data statistik perikanan laut Propinsi Kalimantan Timur yang
tetap menunjukkan kecenderungan peningkatan dari tahun ke tahun
dan baru mengalami penurunan dan menunjukkan fluktuasi produksi
menjelang tahun 1997. Data tersebut, sekaligus membantah kesimpulan
berbagai penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa larangan
penggunaan jaring trawl sejak 1983 telah memukul usaha penangkapan
ikan di pantai timur Kalimantan. Yang ada, larangan penggunaan jaring
trawl hanyalah memukul industri perikanan ekspor, yang sebagian besar
produksinya ditopang oleh hasil tangkapan dari kapal-kapal pukat
harimau bertonase besar milik mereka sendiri, maupun milik nelayan-
nelayan modern yang menjadi klien mereka. Setidaknya sejak tahun 1980
hingga 1986, sebagian industri perikanan ekspor mengalami penurunan
produksi dan baru mengalami peningkatan ketika perusahaan-perusahaan
industri perikanan ekspor tersebut berhasil mendorong dilakukannya
modernisasi armada perikanan tangkap milik nelayan lokal menjelang
tahun 1986. Sementara jumlah RTP laut menunjukkan kecenderungan
yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Hanya sebagian nelayan tradisional yang merasa terpukul dengan
pelarangan penggunaan jaring trawl, karena banyak diantara mereka
yang sebelumnya tidak menggunakan jaring trawl, bahkan sebagian
besar masyarakat di sekitar Delta Mahakam, seperti Sepatin dan Muara
Pantuan diketahui sebagai nelayan-nelayan yang anti terhadap kapal trawl.
Pelarangan trawl hanyalah sebuah momentum bagi masyarakat setempat
untuk membangun strategi adaptasi baru dalam “mempertahankan
diri”, ketika peningkatan taraf kehidupan tidak berhasil mereka capai.
Setidaknya terdapat beberapa pilihan strategi yang mereka kembangkan;
pertama, bertahan sebagai nelayan non trawl atau tetap menjadi nelayan
trawl yang beroperasi secara “sembunyi-sembunyi” untuk menghindari
62 Mahadelta: Manifesto Penguasaan Tanah Terlarang