Page 85 - Mahadelta: Manifesto Penguasaan Tanah Terlarang
P. 85
yang berada di sepanjang Sungai Mahakam ketika musim penghujan
datang, sebelum dikapalkan ke Jawa/luar negeri. Peristiwa pembabatan
hutan secara kolosal tersebut, terjadi menjelang tahun 1970 hingga awal
1980-an. Menariknya seluruh konsesi Hak Pengusahaan Hutan (HPH)
yang diberikan baik semasa banjirkap maupun setelah pemberlakuan PP
No. 21/1970, tidak satupun yang berlokasi di delta Mahakam ( Simarmata,
2008). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh minimnya potensi tegakan
kayu di kawasan Delta Mahakam yang dianggap ekonomis untuk
diperdagangkan, selain faktor pemberian izin pemanfaatan hasil hutan
yang dikuatirkan bertumpang-tindih dengan kegiatan pertambangan yang
dianggap lebih menguntungkan.
Keberadaan konsesi pertambangan di kawasan Delta Mahakam juga
tidak dapat dipisahkan dengan keberadaan UU No.11 tahun 1967, tentang
Ketentuan Pokok Pertambangan. UU ini dimaksudkan untuk menjaring
“para pemain asing” disektor pertambangan yang padat modal. Salah satu
kawasan yang ditawarkan adalah pemberian konsesi kegiatan eksplorasi
dan eksploitasi migas di Blok Mahakam, yang pada 1970 dimenangkan
oleh Total E&P Indonesie bersama Japex atau Inpex Coorporation.
Setelah melakukan eksplorasi selama 2 tahun, pada tahun 1972, Total
yang berkantor pusat di Paris dan mulai membuka kantornya di Jakarta
pada 1968 ini, akhirnya menemukan ladang minyak Bekapai pada 1972
dan Handil pada 1974, di lepas pantai Delta Mahakam. Kedua lapangan
minyak ini berproduksi pada 1974 dan 1975, puncak produksinya terjadi
pada 1977 yang mencapai 230.000 barel minyak per hari (lihat Sub Bab
2.1.1 Bonanza Migas Blok Mahakam). Setidaknya pada 1971, di pantai
timur Kalimantan telah beroperasi 8 buah perusahaan internasional,
diantaranya Total ( Prancis), British Petroleum ( Inggris), Shell ( Inggris-
Belanda), Roy Huffington ( USA), Union Oil ( USA), Kyusu ( Jepang),
Continental ( USA) dan perusahaan minyak negara Pertamina (lihat
Gambar 4.1)
Pada tahap selanjutnya Total E&P Indonesie yang pada 1999 berganti
nama menjadi Total Finaelf Indonesie ini (hasil merger Compagnie
Francaise de Petroles yang didirikan pada 1924 dengan PetroFina yang
58 Mahadelta: Manifesto Penguasaan Tanah Terlarang