Page 91 - Mahadelta: Manifesto Penguasaan Tanah Terlarang
P. 91

Karenanya pilihan strategi yang dianggap adaptif adalah beralih
            profesi menjadi petambak, namun tetap tidak meninggalkan profesi
            sebelumnya sebagai nelayan atau petani kelapa, seperti yang dilakukan
            Haji Alimuddin yang kini telah berhasil menjadi seorang ponggawa yang
            sukses. Menurut pengakuannya, “kebun kelapa yang selama ini menopang
            hidupnya tetap dipertahankan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-
            hari, baru setelah tambak-tambak yang dibangun mulai mendapatkan
            hasil panen memadai, kebun kelapa yang masih tersisa dibukanya menjadi
            area tambak baru”. Hal ini dilakukan mereka untuk bisa tetap survive
            sampai tambak-tambak tersebut berhasil panen dan mampu menjamin
            kehidupan keluarga mereka. Karenanya pada masa-masa awal tambak
            di bangun oleh masyarakat setempat, banyak diantara mereka yang
            berprofesi ganda sebagai petambak sekaligus nelayan.
                Pengembangan kegiatan pertambakan dengan mengkonversi hutan
            mengrove di kawasan Delta Mahakam, dalam prakteknya nyaris tidak
            mengalami hambatan hukum-birokrasi yang berarti, karena dilakukan
            dengan dukungan dari Pemerintah Pusat hingga Pemerintah Daerah.
            Melalui berbagai kebijakan yang pada hakekatnya ditujukan untuk
            “mengamankan”  Program Udang Nasional. Pemerintah bahkan,
            menyiapkan kucuran dana kredit untuk pengalihan kegiatan ekonomi
            non- trawl (khususnya dalam kegiatan pertambakan), selain menyiapkan

            bantuan kredit  Intam, serta RCP, yang diikuti dengan pembinaan dan
            penyuluhan kegiatan pertambakan secara intensif. Pemerintah juga mulai
            mengembangkan infrastruktur yang diperlukan, baik melalui anggaran
            nasional ataupun bantuan asing. Sementara besarnya luasan hutan
            mangrove yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pertambakan, namun
            tidak memiliki nilai intrinsik, menjadikan “transaksi penguasaan” atas
            kawasan Delta Mahakam semakin leluasa dilakukan. Meskipun area-area
            pertambakan tersebut dibangun diatas Kawasan Budidaya Kehutanan
            ( KBK) yang mencapai lebih dari 90 persen dari luasan kawasan Delta
            Mahakam.
                Pasca pelarangan jaring  trawl secara total pada tanggal 1 Januari
            1983, terjadilah “kontraksi kebijakan”, ketika pada 15 Januari 1983,



           64                     Mahadelta: Manifesto Penguasaan Tanah Terlarang
   86   87   88   89   90   91   92   93   94   95   96