Page 113 - Keistimewaan Yogyakarta yang Diingat dan yang Dilupakan
P. 113

Keistimewan Yogyakarta
            pola gerakan yang diterapkan oleh Gandhi, yakni melawan
            tanpa adanya kekerasan. Sedangkan dari Tagore ia mengambil
            inti yakni ‘cinta sesama’ dan ‘harmoni’. 125
                Notosuroto menerbitkan majalah Oedaya yang berarti
            Matahari Terbit guna menyuarakan suara dan ide-idenya. 126
            Lewat majalah ini, Notosuroto mencoba menyebarkan pema-
            hamannya bagaimana kedua bangsa (Belanda dan Hindia
            Belanda) agar saling bersahabat dan bekerja sama. Jalan yang
            diambil Notosuroto pada saat itu sangatlah tidak umum. Kaum
            nasionalis yang lain memilih jalan yang radikal dan non
                      127
            kooperatif.  Untuk lebih meyakinkan kalangan yang mengkri-


            125  Rosa M.T. Kerdjik, op. cit., hlm. 39.
            126  Rob Nieuwenhuys, op. cit., hal 185. Oedaya membawa sifat yang tenang dan
             alami. Mereka menggunakan filosofi matahari dalam memaknai pergerakan,
             yaitu sesuatu yang alami dan pasti seperti lahirnya matahari pagi di ufuk timur.
             Demikian harapan Notosuroto saat memberi nama Oedaya. Ia menyatakan
             bahwa Oedaya tidak terikat dan terpengaruhi oleh partai politik apa pun serta
             pandangan pribadi mana pun. Oedaya mencoba mengarahkan kepada arah
             positif hubungan antara Pemerintah Kolonial dan rakyat Hindia Belanda.
             Oedaya adalah ‘panggung’ intelektual Notosuroto karena dia menjadi
             redaktur, editor, sekaligus pemilik. Bahkan secara total, Notosuroto memilih
             untuk memiliki percetakan sendiri. Percetakannya bernama Hadi Poestaka
             lalu berganti nama menjadi Adi Poestaka. Apa yang dilakukan Notosuroto
             sangat jarang dimiliki dan terpikir oleh priyayi Jawa atau pembesar Jawa mana
             pun saat itu. Ini menunjukkan bahwa ia telah berpikir jauh ke depan dan
             berhasil memaknai semangat dari sahabat, seperti gurunya, Tagore dan
             Gandhi, tentang berdikari atas usaha sendiri dalam rangka memajukan
             bangsanya.
            127  Rosa M.T. Kerdjik, op. cit., hlm 47—48. Notosuroto menyatakan bahwa
             keinginan Indonesia merdeka adalah sebuah ‘perjudian’ dengan mengkor-
             bankan banyak nyawa dari rakyat Indonesia. Mereka menyeret rakyat yang
             tidak berdosa ke dalam arena pertempuran yang belum pasti diketahui siapa
             yang menang. Menurutnya kaum nasionalis yang demikian ini adalah penipu
             bagi bangsa yang lalu berubah menjadi fanatik dan agresif. Notosuroto

            90
   108   109   110   111   112   113   114   115   116   117   118