Page 109 - Keistimewaan Yogyakarta yang Diingat dan yang Dilupakan
P. 109

Keistimewan Yogyakarta
            bahwa Pemerintah Kolonial Hindia Belanda dan pribumi
            hendaknya bekerja sama karena keduanya saling mem-
            butuhkan satu dengan yang lain. Gagasannya munuju arah
                                           115
            menguntungkan bagi kedua negara.  Notosuroto sejak semula
            memang sudah menyatakan dukungannya terhadap gagasan
            asosiasi, pandangannya ini ditulisnya dalam Indische Gids
            tahun 1911. Ia juga menampilkan adanya polemik pemikiran
            antara orang Jawa yang berpikir rasional (dalam hal ini orang
            Jawa yang mendukung gagasan dan ide Notosuroto untuk
            sistem asosiasi) dan orang Jawa yang menghendaki
            diakhirinya kekuasaan Belanda di Hindia Belanda. 116
                Ia juga aktif mengikuti kegiatan organisasi, bergabung
            dengan Indische Vereeniging atau lebih dikenal dengan nama
            Perhimpunan Indonesia pada tahun 1908. Notosuroto men-
            jadi ketua Perhimpunan Indonesia empat tahun kemudian.
            Perhimpunan Indonesia dibawah Notosuroto menjadi organi-
            sasi yang didukung oleh Pemerintah Belanda. Notosuroto
            mempraktikkan ide asosiasi, yang dianggap lebih halus dan
            tidak radikal dibanding dengan gagasan Tjipto Mangunku-
            sumo. Tjipto menghendaki adanya kontak antara organisasi
            yang berjuang di Hindia Belanda (Sarekat Islam) dengan
            Perhimpunan Indonesia di bawah Notosuroto. Sehingga kedua
            organisasi dapat berjuang bahu-membahu memperjuangkan
            kemerdekaan Indonesia. Gagasan ini ditolak oleh Notosuroto
            yang berpendapat bahwa jalan perjuangan Tjipto Mangunku-
            sumo hanya akan membawa kesusahan bagi Hindia Belanda. 117


            115  Rob Nieuwenhuys, Mirror of The Indies (Singapore: Periplus, 1999), hlm. 184.
            116  Harry A. Poeze, op. cit., hlm. 67.
            117  Manuel Kaisiepo, ‘Sang Pembangkang: Tjipto Mangunkusumo’, dalam
             Prisma No.8, Tahun XVI 1987.

            86
   104   105   106   107   108   109   110   111   112   113   114