Page 104 - Keistimewaan Yogyakarta yang Diingat dan yang Dilupakan
P. 104

Paku Alaman: Sebuah Pentradisian

               setelah melewati masa 5 tahun perseteruan.
                   Pada tahun 1942, Pemerintah Kolonial Belanda digantikan
               oleh Penjajahan Jepang. Ki Hajar Dewantara bersama Ir.
               Soekarno, Drs. Moh. Hatta, KH. Mas Mansyur diberi kedu-
               dukan sebagai pimpinan pusat tenaga rakyat (PUTERA). Seta-
               hun kemudian Ki Hajar Dewantara diangkat menjadi anggota
               Dewan Perwakilan Rakyat, ia juga menjadi penasehat Depar-
               temen Pendidikan Pemerintah Pendudukan Jepang pada
               tahun 1944. Menjelang kemerdekaan Ki Hajar Dewantara ter-
                                   97
               gabung dalam BPUPKI .
                   Setelah proklamasi RI pada tanggal 17 Agustus 1945, Pre-
               siden Soekarno membentuk kabinetnya yang pertama. Ki
               Hajar Dewantara ditunjuk sebagai Menteri Pengajaran, Pendi-
               dikan, dan Kebudayaan Republik Indonesia yang pertama. 98
               Saat agresi milter Belanda II berlangsung, Ki Hajar Dewantara
               sempat ditangkap dan ditawan oleh tentara sekutu. Karier Ki
               Hajar kian mencorong, ia menjadi anggota parlemen kemu-
               dian menjadi anggota DPR sementara RI pada masa RIS. Atas
               jasa-jasanya kepada negara, pemerintah menganugerahkan
               penghargaan dengan menetapkan Ki Hajar Dewantara sebagai
               perintis kemerdekaan. Ia juga mendapat gelar Doktor Hono-
               ris Causa dari UGM pada tahun 1956. Perjalanan panjang dan
               perjuangan dengan gemilang telah dilalui, sampai akhirnya, 26
               April 1959, Bapak Pendidikan ini menghembuskan nafas
               terakhir menghadap sang khalik.  Itulah sedikit catatan perja-
                                           99
               lanan Soewardi Soerjaningrat yang menolak tahta kerajaan
               demi kecintaannya kepada rakyat.

               97  Mochammad Tauchid, op. cit., hlm.20.
               98  Bambang S. Dewantara, op. cit., hlm. 119.
               99  Ibid.

                                                                   81
   99   100   101   102   103   104   105   106   107   108   109