Page 101 - Keistimewaan Yogyakarta yang Diingat dan yang Dilupakan
P. 101
Keistimewan Yogyakarta
Wonoboyo, Gondo Atmojo, Prawirowiwolo, Pronowidigdo,
Subono, Suryoputro dan Suryodirjo. Mereka mendalami ilmu
kebudayaan dan kebatinan dengan nama Sloso Kliwonan.
Akhirnya disepakati bahwa dalam memperbaiki cita-cita
kemuliaan bangsa haruslah dicapai dengan memperbaiki
pendidikan jiwa dan mental bangsa. Pendidikan rakyat diuta-
makan selain memberikan pendidikan politik .
88
Sebelum mendirikan Taman Siswa, Soewardi ikut mengu-
rus dan mengajar di sekolah milik kakaknya, Soerjopranoto,
yakni sekolah Adhi Dharma. Selama setahun di Adhi Dharma,
Soewardi menyerap dan belajar banyak hal mengenai pendi-
dikan dan pengajaran untuk rakyat. Dibandingkan dengan
pengalamannya selama masa pembuangan di Belanda kondisi
pendidikan di tanah kolonial sungguh memprihatinkan. Semu-
la ia berniat untuk mengubah format dan sistem pendidikan
Adhi Dharma, akan tetapi setelah meminta pertimbangan dari
Pangeran Suryomataram dan kelompok Sloso Kliwonan maka
disepakati untuk mendirikan sebuah badan usaha pendidikan
sendiri. 89
Sekolah yang akan didirikan ini pun mengajukan pendidi-
kan dengan dasar kebudayaan. Konsep ini adalah sesuatu yang
unik dan menggelitik pada tahun 1920-an. Saat pemerintah
kolonial menerapkan pendidikan berdasar kebutuhan tenaga
90
kerja dan bukan kemerdekaan individu. Sekolah kolonial
88 Ibid. hlm. 18.
89 Sajoga, ‘Riwajat Perdjuangan Taman Siswa 1922- 1952’, dalam Tiga Puluh
Tahun Taman Siswa (Yogyakarta: Percetakan Taman Siswa,1956), hlm. 203.
90 Dr. H. A. R. Tilaar, Kekuasaan dan Pendidikan, Suatu Tinjauan dari Perspektif
Studi Kultural (Magelang: IndonesiaTera, 2003), hlm. 29.
78