Page 96 - Keistimewaan Yogyakarta yang Diingat dan yang Dilupakan
P. 96

Paku Alaman: Sebuah Pentradisian

               menikah dengan R.A. Soetartinah, kawannya semasa kecil
               sekaligus sepupunya sendiri. Soetartinah adalah putri Pange-
               ran Sastraningrat, adik ayah Soewardi. 77
                   Pada saat Boedi Oetomo (BO) berdiri, 20 Mei 1908 Soe-
               wardi aktif dalam organisasi dan diserahi tugas yang cukup
               besar, yaitu bidang propaganda organisasi . Ia membantu
                                                      78
               Soetomo, Wahidin Soedirohoesodo dalam menyebarkan dan
               mengajak agar priyayi bergabung dengan Boedi Oetomo.
               Kemudian di tahun 1910, Soewardi dicabut beasiswanya kare-
               na ia tidak naik kelas. Ini terjadi karena Soewardi sakit selama
               empat bulan. Akan tetapi, Direktur STOVIA sedikit bermurah
               hati, memberikan surat keterangan khusus atas keistimewaan
               Soewardi berbahasa Belanda.  Keluar dari STOVIA ia langsung
                                        79
               berpetualang dan belajar sebagai tenaga ahli di laboratorium
               pabrik gula Kalibagor, Banyumas dan menjadi asisten apoteker
               di Yogyakarta. Keahlian Soewardi dalam menulis surat kabar
               menarik perhatian Dr. Setiabudi. Maka dipanggillah Soewardi
               untuk pergi ke Bandung dan bekerja pada harian De Express
               milik Setiabudi. Tulisan pertamanya berjudul ‘Kemerdekaan
               Indonesia’.
                   Soewardi banyak berkenalan dengan tokoh-tokoh politik
               di Bandung, antara lain Douwes Dekker dan Tjipto Mangunku-
               sumo. Mereka bertiga mendirikan partai politik pertama ber-
               nama Indische Partij (IP), tujuan dan bentuk perjuagan IP ber-
               sifat radikal. Program IP antara lain adalah: pertama, pemben-




               77  Ibid, hlm. 57.
               78  Mochammmad Tauchid, Ki Hadjar Dewantara Pahlawan dan Pelopor Pendi-
                dikan, (Yogyakarta: Madjelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 1968), hlm. 14.
               79  Ibid.

                                                                   73
   91   92   93   94   95   96   97   98   99   100   101