Page 91 - Keistimewaan Yogyakarta yang Diingat dan yang Dilupakan
P. 91

Keistimewan Yogyakarta
            memecat atau memeras para buruh. Padahal hubungan antara
            majikan dan buruh adalah hubungan yang saling membutuh-
            kan satu sama lain.
                Setelah Kongres SI tahun 1918, PFB segera saja dianggap
                                                            62
            sebagai  anak organisasi dari SI, sayap perburuhan SI.  Pada
            Februari 1919, terbentuklah susunan pengurus besar PFB.
            Soerjapranoto sebagai ketua dengan dibantu oleh Soemahar-
            djono, selain itu dibentuk konsul-konsul propagandis. yang
            menangani afdeling-afdeling.  Pada awalnya PFB tak menun-
                                      63
            jukkan kemajuan berarti, anggotanya hanya terbatas di Yogya-
            karta dengan jumlah anggota berkisar 750 orang. 64
                Pada musim penggilingan gula tahun 1919, banyak pekerja
            pabrik gula yang melakukan aksi mogok atas kehendak sen-
            diri.  Mereka biasanya mengundang pengurus PFB untuk
                65
            menjadi orator dalam aksi demonstarasi. PFB mengirimkan
            pengurus sekaligus bertugas mendirikan cabang baru pada
            tempat-tempat pemogokan. PFB sukses mengorganisir pemo-
            gokan besar-besaran. Karena sikap netral penguasa, maka PFB
            bisa menjalakan aksi tanpa ancaman dari pemerintah. Jumlah
            anggota mencapai lebih dari 1000 orang. Pada 1920 anggota
            mencapai 31.000 orang. 66
                Hoofdbestuur segera menerbitkan surat kabar Adverten-
            tie Blad sebagai orgaan organisasi dan komunikasi antar ang-
            gota pada tahun 1918.  Penerbitan ini tak mengalami kendala
                               67


            62  Budiawan, loc.cit.
            63  Takashi Shiraisi, op.cit., hlm. 150––151.
            64  Ibid.
            65  Ibid.
            66   Ibid. hlm. 302.
            67  Abdurrachman Soerjomihardjo, op.cit., hlm. 168.

            68
   86   87   88   89   90   91   92   93   94   95   96