Page 86 - Keistimewaan Yogyakarta yang Diingat dan yang Dilupakan
P. 86
Paku Alaman: Sebuah Pentradisian
beraneka ragam suku yang mendiami Yogyakarta, tetapi
berkaitan pula dengan kebhinekaan ideologi masyarakat In-
donesia. Perkembangan organisasi di akhir tahun 1920-an
membawa kepada pokok-pokok perhatian utama kemerde-
kaan bangsa. Berkembangnya cita-cita mengenai persatuan
dan kesatuan bangsa Indonesia, salah satunya dilakukan
melalui usaha untuk menggunakan bahasa Melayu sebagai
bahasa persatuan menggantikan bahasa Belanda. 48
Bandingkan dengan kondisi Yogyakarta saat ini. Kebe-
ragaman suku bangsa tetap menjadi tradisi. Namun sayangnya
pergesekan atau konflik antar golongan yang berujung kepada
tindakan anarkis beberapa kali mulai terjadi di Yogyakarta.
Perseteruan atas nama kelompok, agama, suku sebenarnya
sangat tidak mencerminkan karakter Yogyakarta, yang mene-
rima perbedaan dengan tangan terbuka. Oleh karena itu alang-
kah bijaksana jika kita kembali menelusuri jejak-jejak orang-
orang Yogyakarta yang mewarnai pergerakan nasional dengan
jalannya masing-masing.
1. Soerjapranoto
49
Soerjapranoto memobilisasi buruh-buruh pada perusahaan-
perusahaan pemerintah maupun partikelir dengan melakukan
unjuk rasa dan aksi mogok. Aksi ini sebagai bentuk protes atas
48 Ibid.
49 Soerjopranoto atau disebut Raja Mogok oleh pemerintah kolonial adalah
putra sulung dari pangeran Suryaningrat, yang juga ayah Soewardi. Jadi
hubungan kekerabatan keduanya adalah kakak beradik. Perangai Soerjopra-
noto dinilai banyak kalangan lebih keras dari adiknya, Soewardi. Tapi bagi
orang yang mengerti dia adalah sosok yang sensitif. Ia dengan mudah meni-
tikkan airmata saat mendengar ratapan buruh yang berupah hanya 1 ½ sen
perhari. Ia tak ragu untuk menempeleng atasannya sendiri, seorang Belanda
63