Page 83 - Keistimewaan Yogyakarta yang Diingat dan yang Dilupakan
P. 83

Keistimewan Yogyakarta
            untuk melakukan aksi mogok sebagai bentuk protes terhadap
            para pengusaha sekaligus pemerintah. Apa yang dilakukan
            oleh Soerjapranoto meresahkan pemerintah. Atas sepak ter-
            jangnya pemerintah kolonial menjulukinya Stakings Koning
            alias Raja Mogok.
                Tokoh kedua adalah Soewardi Soerjaningrat. Sebagai adik
            dari Soerjapranoto tentunya ia menerima pendidikan yang
            nyaris sama. Pada awalnya Soewardi pun berada di jalur keras
            pergerakan. Sebagai wartawan De Express dan Persatoean Hin-
            dia, ia acapkali melakukan kritik terhadap pemerintah Belan-
            da. Kritik pedasnya yang monumental adalah sebuah circulair
            yang berjudul Als Ik Nederlandsche Was. Sebuah artikel yang
            mengkritik pemerintah yang hendak menyelenggarakan pesta
            perayaan 100 tahun Belanda lepas dari cengkraman Perancis
            dengan menarik iuran dari rakyat tanah jajahan yang miskin.
            Tulisan ini menjadi ‘surat penangkapan’ bagi Soewardi.
                Setelah menjalani proses pengadilan, akhirnya ia memilih
            menjalani hukuman di Negeri Belanda. Pertimbangannya di
            Belanda ia dapat lebih banyak belajar mengenai politik dan
            pergerakan melalui orang-orang dan organisasi di negeri kincir
            angin itu. Ternyata minatnya terhadap dunia pendidikan mun-
            cul di negeri seberang. Sembari aktif mengikuti kegiatan kur-
            sus politik dan organisasi, Soewardi mengambil pendidikan
            akta mengajar. Sekembalinya ke tanah air ia lebih memusatkan
            diri kepada dunia pendidikan melalui pendirian perguruan
            Taman Siswa. Lembaga pendidikan ini bersifat nasional dengan
            memadukan unsur-unsur seni, budaya, dan budi pekerti.
            Sekolah ini merupakan jawaban bagi kebutuhan sekolah umum
            non keagamaan yang bisa diakses oleh semua lapisan
            masyarakat.

            60
   78   79   80   81   82   83   84   85   86   87   88