Page 79 - Keistimewaan Yogyakarta yang Diingat dan yang Dilupakan
P. 79
Keistimewan Yogyakarta
justru mencari bantuan kepada seorang Tionghoa yang berna-
ma Babah Djiem Sing. Atas prakarsa Djiem Sing, Adipati Anom
menuliskan surat kepada residen. Suratnya berisi permo-
honan perlindungan dari ayahandanya.
Dalam perundingan dengan Crawfurd, Adipati Anom ber-
janji akan bekerja sama dengan Inggris dengan membukakan
jalan saat pasukan Inggris menyerbu Keraton. Ia meminta
39
diangkat menjadi Sultan, dan menyanggupi memberikan tanah
kesultanan yang diinginkan pemerintah kolonial dengan syarat
pemerintah memberikan hukuman buang ke luar Jawa kepada
ayahnya. Terakhir, Adipati Anom berjanji akan menuruti se-
mua keinginan pemerintah. Residen menasehati agar Adipati
Anom tidak menyentuh Notokusumo, karena pangeran ini
merupakan kesayangan Raffles. Adipati Anom menyanggupi-
nya dan menawarkan status sebagai pangeran merdiko kepada
Notokusumo.
Drama perebutan kekuasaan ayah-anak ini berakhir pada
20 Juni 1812, Yogyakarta telah dikuasai oleh pasukan Inggris.
Adipati Anom diangkat sebagai Sultan HB III, delapan hari
kemudian. Sedangkan Notokusumo dipersilahkan untuk memi-
lih di mana ia akan berkedudukan sebagai pangeran yang
merdeka. Pada tanggal 29 Juni 1812, bertempat di Keraton Yog-
yakarta, Letnan Gubernur Raffles mengangkat Pangeran
Notokusumo menjadi Gusti Pangeran Adipati Aryo Paku Alam.
GPA Paku Alam mendapat status istimewa sebagai anak bungsu
gubernemen, maka Sultan HB III diikat perjanjian untuk tidak
mengganggu Paku Alam beserta anak keturunan dan keluarga. 40
39 Ibid.
40 Ibid.
56