Page 80 - Keistimewaan Yogyakarta yang Diingat dan yang Dilupakan
P. 80

Paku Alaman: Sebuah Pentradisian

                   Paku Alam I (PA I) menandatangani kontrak politik yang
               berisi: kesetiaan PA kepada Inggris.  Pemerintah memberikan
                                              41
               tunjangan kepada PA sebesar 750 real, selama PA I masih
               hidup. Pemerintah gubernemen akan mengusahakan agar Sul-
               tan HB III memberikan tanah sebesar 4.000 cacah kepada
               PA, dengan status turun temurun kepada keturunan PA.
               Gubernemen tidak akan menarik pajak-pajak baru di atas
               tanah milik PA. PA berjanji untuk memelihara 100 orang
               tentara yang tergabung dalam korps dragonders demi kepen-
               tingan Inggris. PA beserta kadipaten dilarang keras dengan
               alasan apapun mendirikan, memelihara, atau mengerahkan
               tentara selain korps Dragonders.
                   Kontrak ini menandai berakhirnya masa bergejolak di
               bumi Mataram. Berdirinya Kadipaten Paku Alaman mengge-
               napi pecahnya kerajaan Mataram menjadi 4 kerajaan yaitu
               Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, Kadipaten
               Mangkunegara, dan Kadipaten Paku Alaman.


               D. Mereka yang Menantang Zaman
               Paku Alaman adalah sebuah kerajaan kecil, oleh karena itu
               sumberdaya alam yang tersedia terbatas. Usaha-usaha untuk
               meluaskan wilayah juga tidak memungkinkan untuk dilakukan
               karena mereka berada di bawah perlindungan pemerintah
               kolonial. Kondisi ini memicu sebuah kesadaran mengenai
               sebuah gerakan pembaharuan dalam masyarakat.  Para
                                                               42
               bangsawan Paku Alaman terancam kedudukannya, karena



               41  Ibid.,hlm. 149—151.
               42  Moedjanto, Kasultanan Yogyakarta & Kadipaten Paku Alaman (Yogyakarta:
                Kanisius,1994), hlm. 34 – 35.

                                                                   57
   75   76   77   78   79   80   81   82   83   84   85