Page 230 - Keistimewaan Yogyakarta yang Diingat dan yang Dilupakan
P. 230

Perebutan Ruang dan Kontestasi Budaya

               dijadikan frame of reference bagi cara berpikir dan bertindak
               warga Yogyakarta? Di tengah situasi dan budaya yang sedang
               mengalami perubahan sangat cepat akibat mobilitas ruang
               yang mengaburkan identitas dan kerangka rujukan nilai. Kebu-
               dayaan tidak dapat lagi dilihat sebagai kata benda yang meru-
               juk ke masa lalu karena pemahaman ini tidak cukup memadai
               untuk melihat kebudayaan apa yang sekarang ini sedang
               berlangsung di masyarakat. Dalam proses dewasa ini pada ting-
               katan realitas yang menjadi pedoman sesungguhnya adalah
               praktik-praktik yang dipelajari setiap orang dalam kehidupan
               sehari-hari, bukan suatu peta warisan tentang code of con-
               duct. Karena dewasa ini sistem nilai tradisional mulai digan-
               tikan oleh sistem nilai modern sehingga sistem referensi tidak
               lagi berkiblat pada tradisi, tetapi pada nilai-nilai modernitas
               dengan logika berfikir yang berbeda.
                   Perubahan tata nilai sedang terjadi di masyarakat dimana
               kehidupan bukan hanya sekedar melanjutkan ‘naluri’ masa
               lalu tetapi telah menjadi arena negosiasi berbagai tata nilai
               yang tidak hanya lokal, atau nasional tetapi juga global. Kecen-
               derungan ini berjalan seiring dengan melemahya pusat-pusat
               kebudayaan sebagai pengendali dan pewarisan sistem nilai.
               Pusat-pusat kebudayaan, baik diwakili keraton atau institusi
               adat dan keagamaan, telah mulai kehilangan peran dan penga-
               ruhnya di dalam percaturan politik nilai, khususnya di dalam
               konstruksi dan rekonstruksi nilai-nilai kehidupan. 10

               B. Segregasi Sosial ke Arah Multikultural

               Segregasi sosial seturut hirarki sosial muncul sebagai


               10  Irwan Abdullah, op.cit., hlm. 58—60.

                                                                 207
   225   226   227   228   229   230   231   232   233   234   235