Page 244 - Keistimewaan Yogyakarta yang Diingat dan yang Dilupakan
P. 244

Perebutan Ruang dan Kontestasi Budaya

               pemukiman paling padat. Daerah pinggiran kali mendapat
               stereotipe yang lebih ‘miring’ dibandingkan dengan kampung-
               kampung yang berada di pusat keramaian. Daerah ini juga
               penuh dengan ancaman kehilangan kehidupan. Pada tahun
               1986 pemukiman ini masuk dalam rencana penggusuran.
               Upaya advokasi Y.B. Mangunwijaya  berhasil menggagalkan
               rencana itu dan mengubah wajah kampung pinggir kali di mata
               pemerintah kota. Pemukiman di pinggiran sungai  terjadi
               secara alamiah, sporadis, dan tanpa rencana. Selain Code,
               kampung pinggir kali lainya adalah Kricak. Sebuah kampung
               yang terletak di pinggir sungai Winongo ini dahulu dikenal
               sebagai basis PKI, sarang preman, tetapi lambat laun banyak
               pendatang yang berprofesi sebagai PNS masuk memberi citra
               dan wajah baru kampung tersebut. 29
                   Kampung di Yogyakarta memang telah banyak berubah
               tetapi sebagai telapak jejak kolonial masih memperlihatkan
               kepekatan identitas masing-masing. Kampung selain sebagai
               tempat bermukim juga membangun relasi sosial dan identi-
               tasnya sendiri. Kehidupan di kampung seolah tidak terlalu
               larut dengan modernisasi kota di luarnya yang demikian cepat.
               Kauman misalnya, kampung yang identik dengan kelahiran
               organisasi keagamaan besar di Indonesia ini (Muhammadiyah)
               tetap teguh memelihara identitasnya sebagai kampung santri.
               Sebagai kampung Islam, Kauman berusaha menjaga tradisi
               dan identitasnya sehingga membuatnya menjadi eksklusif.
               Hanya mereka yang beragama Islam saja yang bisa menetap
               di Kauman. ‘Kita akan protes jika ada pendatang yang tinggal
               di sini non-muslim.’ Meskipun ada dua keluarga non muslim


               29  Ibid., hlm. 75.

                                                                  221
   239   240   241   242   243   244   245   246   247   248   249