Page 248 - Keistimewaan Yogyakarta yang Diingat dan yang Dilupakan
P. 248

Perebutan Ruang dan Kontestasi Budaya

               yang kembali ke Yogyakarta tidak akan dapat lagi menemukan
               Yogya seperti yang tergambar dalam lagu atau puisi; 33
               di Yogya aku lelap tertidur
               angin di sisiku mendengkur
               seluruh kota pun bagai dalam kubur
               pohon-pohon semua mengantuk
               di sini kamu harus belajar berlatih
               tetap hidup sambil mengantuk

                   Tetapi Yogya lebih tepat atau setidaknya sedang menga-
               rah ke;

                   Jakarta menghardik nasibku
                   melecut menghantam pundakku
                   tiada ruang bagi diamku
                   matahari memelototiku
                   bising suaranya mencampakkanku
                   jatuh bergelut debu

                   Yogyakarta sebagai kota besar sekarang ini adalah
               lapangan kompetisi antara kelompok sosial dan kekuatan
               ekonomi. Di tengahnya terdapat pusat daerah bisnis, dan
               sebelah luarnya adalah daerah transisi yang didiami kelompok
               masyarakat yang status sosial ekonominya lebih rendah. 34
                    Malioboro adalah pusat perputaran modal paling besar
               sekaligus jantung kota Yogyakarta. Dulu daerah itu merupakan
               ruang publik bebas yang menampung semua ekspresi orang.
               Bagi para penyair, Malioboro adalah sumber inspirasi yang
               tidak pernah kering. Cholis (2007) mengungkapkan dulu ada



               34  Irwan Abdullah, “Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan”…, hlm.31.

                                                                  225
   243   244   245   246   247   248   249   250   251   252   253