Page 241 - Keistimewaan Yogyakarta yang Diingat dan yang Dilupakan
P. 241

Keistimewan Yogyakarta
            satu masalah sosial yang ada di Yogyakarta.  Di sisi lain, temuan
            juga mengungkap relasi sosial antara warga Yogyakarta
            dengan para pendatang telah menjadi renggang.  Terlepas
                                                         23
            dari persoalan metodologinya, penelitian Iip Wijayanto ten-
            tang tingkat virginitas mahasiswi Yogyakarta juga mengung-
            kapkan masalah sosial yang ada. Kenyataan ini didukung oleh
            data tingkat aborsi yang kian meningkat. 24
                Di Yogyakarta kini—seperti juga di kota lain—pasar telah
            menjadi kekuatan terutama melalui proses integrasi, indivi-
            dualisasi, dan pengutamaan prinsip-prinsip pengaturan eko-
            nomi dalam pertukaran sosial. Ekspansi pasar kemudian
            mengubah suatu proses transaksi di mana setiap orang meng-
            hitung cost dan benefit dari setiap hubungan sosial dan praktik
            dimana ia terlibat.  Bukan berarti bahwa keguyuban, kepe-
                             25
            katan sosial, dan kolektivitas hilang tetapi semakin mengecil.
            Proses ini akan melahirkan residu-residu sosial lain yang akan
            terus bermunculan seperti Sarkem dan sebagainya. Prinsip
            ekonomi yang merasuk ke dalam masyarakat mengubah relasi

            23  G. Budi Subanar, Bayang-bayang Sejarah Kota Pendidikan Yogyakarta
             (Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2008), hlm. 28
            24  Diperkirakan, dalam satu bulan di Yogyakarta rata-rata terjadi 100 kasus
             pengguguran kandungan (aborsi), dengan usia pelaku berkisar antara 15-
             35 tahun. Angka ini berdasarkan survei yang dilakukan PKBI Yogyakarta dan
             PKB, Jakarta selama bulan Juni-Desember 2002. Khusus untuk Yogyakarta,
             dalam survei lapangan selama tiga bulan itu ditemukan sekitar 300 kasus
             aborsi atau rata-rata 100 kasus pengguguran kandungan per bulannya. Kom-
             pas, Jum’at 10 Oktober 2003. Bahkan kini, di Yogyakarta telah ada lembaga
             swadaya yang mendampingi mereka pascaaborsi. Perlu dilakukan peneli-
             tian mendalam tentang apa yang menyebabkan mereka melakukan aborsi.
             Meski juga sangat mungkin, mengkaitkan praktik aborsi dengan fenomena
             kumpul kebo terlalu menyederhanakan masalah. Ada beberapa faktor lain
             yang tentunya perlu dilihat.
            25  Irwan Abdullah, op.cit., hlm. 111—112.

            218
   236   237   238   239   240   241   242   243   244   245   246