Page 242 - Keistimewaan Yogyakarta yang Diingat dan yang Dilupakan
P. 242

Perebutan Ruang dan Kontestasi Budaya

               sosial antara masyarakat dengan kelompok-pendatang. Pada
               masa-masa antara tahun 1950-1980 hubungan antara maha-
               siswa dan masyarakat benar-benar hubungan batin, bukan
                                                 26
               ekonomis seperti yang sekarang terjadi.  Kini semakin banyak
               orang yang meraskan mahalnya biaya hidup di Yogyakarta.
               Perebutan ruang-ruang ekonomi semakin marak bahkan mela-
               hirkan konflik antar kampung yang dilandaskan pada identitas
               kelompok atas ruang tertentu.


               D. Cerita tentang Kampung yang Berubah
               Sebuah kampung merekam banyak kisah. Untuk dapat meli-
               hat apa yang terjadi di Yogyakarta, orang mungkin perlu
               membaca peristiwa dan apa yang sekarang terjadi di sebuah
               kampung. Di dalam kampung, yang sebagian besar terdiri dari
               kelas tradisional wong cilik, tingkat sosial merupakan alat
               penting yang mengatur relasi dan penghargaan sosial di antara
               masyarakat heterogen di daerah Jawa dan Luar Jawa. Tingkat
               sosial di dalam kampung ditandai dengan banyaknya petun-
               juk; umur, kebangsawanan, keaslian, kepemilikan tanah, dan
               pekerjaan. Kini unsur yang terakhir adalah unsur yang paling
                                                     27
               penting dalam relasi/hubungan masyarakat.  Kondisi ini tidak
               muncul secara tiba-tiba melainkan melalui proses sejarah
               yang panjang melibatkan mobilitas sosial, pertambahan pen-
               duduk, perubahan makna prestise sosial, dan peluang-peluang
               ekonomi di pusat-pusat pertumbuhan.


               26  Bambang Purwanto, ‘Keberuntungan Yogyakarta Punya Rakyat Yang
                Istimewa’, Kompas.com (diakses Jum’at, 3 Oktober 2008, 07.19 WIB).
               27  Ani Himawati, ‘Perempuan Kampung dan Ritus Pembebasan’, dalam Warga
                Penduduk Penghuni Kota, Jurnal Kampung No. 02/2005 (Yogyakarta: YPR,
                2005) hlm.28.

                                                                  219
   237   238   239   240   241   242   243   244   245   246   247