Page 119 - Orang Indonesia dan Tanahnya
P. 119

80      Orang Indonesia dan Tanahnya

               Pada masa pemerintahan Raja Willem I telah diberlakukan
            rencana-rencana yang liberal untuk pulau Jawa, sehingga
            dibutuhkan peraturan-peraturan yang tidak dikenal dan bahkan
            tidak disukai oleh penguasa yang memerintah sebelumnya,
            yaitu peraturan tentang memberi izin perusahaan-perusahaan
            pertanian swasta. Pada tahun 1829 Baud menyiapkan rancangan
            mengenai peraturan-peraturan. Lalu pada bulan Maret 1831,
            sebuah keputusan dari Raja Belanda menetapkan bahwa
            tanah-tanah yang tidak dibudidayakan dapat diberikan kepada
            pengusaha-pengusaha bangsa Eropa, baik dengan cara sewa
            maupun dengan cara pacht, namun hanya “jika pemberian
            tersebut tidak melanggar hak-hak penduduk pribumi.”
            Berdasarkan ketentuan ini, terjadilah pemberian-pemberian
            tanah yang penting yang meliputi tanah-tanah yang ditumbuhi
            hutan-hutan dan tidak ada tanda-tanda bahwa tanah-tanah
            tersebut diusahakan oleh penduduk.
               Namun dengan cepat muncul berbagai kesulitan. Penduduk
            desa yang ramah dan biasa menurut pada segala perintah
            itu sekarang mulai menentang, sebab pemberian tersebut
            melanggar hak-hak desa yang telah berabad-abad berlaku,
            seperti hak buka tanah, mencari kayu, mengumpulkan hasil
            hutan, menggembala ternak dan sebagainya, yang tidak dapat
            dilepaskan dari kehidupan dari desa itu sendiri dan berguna
            demi pemeliharaan kehidupan desa. Maka pemerintah (Baud)
            lalu meneliti hal tersebut; hasilnya adalah suatu pengakuan dari
            pemerintah bahwa berbagai gugatan dari penduduk itu memang
            beralasan. Disamping itu, penelitian ini menghasilkan pula
            pengetahuan lebih lanjut, yaitu bahwa di daerah-daerah yang
            berpenduduk padat di Jawa, semua tanah telah digunakan oleh
            desa-desa dengan berbagai hak seperti yang telah dikemukakan
            di atas, sehingga pemberian-pemberian tanah begitu saja tidak
            mungkin terjadi. Pada tahun 1835 pemerintah memutuskan
   114   115   116   117   118   119   120   121   122   123   124