Page 13 - Orang Indonesia dan Tanahnya
P. 13

xii     Orang Indonesia dan Tanahnya

               Buku Cornelis van Vollenhoven (1919) De Indonesiër en Zijn
            Grond, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan
            judul Orang Indonesia dan Tanahnya, pada mulanya adalah suatu
            pamflet akademik untuk menjegal usulan amandemen pasal 62
            Regeringsreglement 1854 (Konstitusi Hindia Belanda 1854),
            yang akan berakibat pada  dihapuskannya perlindungan atas
            hak-hak atas tanah masyarakat pribumi, khususnya di luar Jawa
            dan Madura. Prestasi van Vollenhoven dalam arena perjuangan
            hukum ini bukan yang pertama. Prestasi pendahulunya adalah
            di tahun 1914 ketika pemerintah Belanda menerbitkan (lagi)
            sebuah rancangan Kitab Undang-undang Hukum Perdata
            untuk seluruh golongan penduduk di Hindia Belanda tanpa
            terkecuali. Van Volenhoven dengan lantang mengkritik usaha
            unifikasi hukum itu, dengan menuliskan pendapat-pendapatnya
            yang membela dan memperjuangkan pengakuan atas hukum
            adat. Pada gilirannya, rancangan undang-undang tahun 1914
            yang mendasarkan diri pada cita-cita unifikasi hukum di tanah
            jajahan itu pun batal dan tak pernah diajukan ke parlemen
            (Wignjosoebroto 1984:112).
               Van Vollenhoven dengan lantang berjuang agar pemerintah
            dan masyarakat Belanda dapat melihat cara rakyat pribumi
            hidup dalam hukumnya sendiri. Ia membantah keras bahwa
            hukum Barat kepada rakyat pribumi akan berarti mempekaya
            peradaban rakyat pribumi yang hidup tanpa hukum. Ia
            juga menentang segala usaha administrasi kolonial untuk
            mengabaikan eksistensi hukum-hukum adat. Lebih dari itu
            ia mempromosikan pengakuan eksistensi masyarakat hukum
            adat, hukum adat itu sendiri, dan hak-hak penguasaan atas
                                                                   4
            wilayah adat yang dikonsepkannya dalam beschikkingsrecht.

            4    Ahli-ahli hukum adat pada mulanya menerjemahkannya berbeda-
               beda. Soepomo menyebutnya hak pertuanan, sementara itu
   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18