Page 14 - Orang Indonesia dan Tanahnya
P. 14
C. Van Vollenhoven xiii
Van Vollenhoven dikenal berhati-hati atas setiap usaha yang
bertujuan memberlakukan satu hukum untuk semua golongan
masyarakat di Hindia Belanda dengan pertimbangan bahwa
unifikasi tersebut akan sangat memojokkan masyarakat pribumi
yang hidup dalam hukum-hukum adat yang beragam.
Penerbitan ulang buku ini diharapkan dapat memungkinkan
pembaca untuk secara langsung bersentuhan dengan pemikiran
Cornelis van Vollenhoven dan memberi jalan untuk menelusuri
jejak sejarah pelanggaran hak dan ketidakadilan yang dialami
oleh masyarakat hukum adat yang tidak reda walaupun
Indonesia telah merdeka. Penerbitan ulang Orang Indonesia
dan Tanahnya dapat dimaknai sebagai wujud komitmen para
pemrakarsa dan penerbitnya untuk menyediakan rujukan yang
otoritatif untuk memahami atas ketidakadilan yang kronis ini.
Naskah pengantar yang bertujuan untuk memudahkan
pembaca memahami karya utama Cornelis van Vollenhaven
ini berisikan argumen-argumen utama van Vollenhoven yang
disajikan secara sangat padat; sedikit uraian riwayat buku dan
pengarang, dan pesan utama dan pengaruh van Vollenhoven
dalam konteks sejarah yang melingkupi penerbitan buku
ini; dan penilaian mengenai pentingnya naskah ini untuk
menjadi salah satu rujukan memahami kemelut perjuangan
pengakuan masyarakat hukum adat saat ini di Indonesia.
Bagi pembaca yang tertarik untuk mendalami lebih jauh
mengenai konteks dan pengaruh Cornelis van Vollenhoven, dan
khususnya Orang Indonesia dan Tanahnya ini, kami anjurkan
Djojodiguno menyebutnya hak purba (lihat catatan kaki no.3 yang
dibuat penerjemah Soewargono pada van Vollenhoven, 1975:13) .
Istilah ini kemudian dikenal dalam Undang-undang Pokok Agraria
No. 5/1960 sebagai “hak ulayat dan hak-hak yang serupa itu dari
masyarakat-masyarakat hukum adat.” Penjelasan pasal 18 Undang-
Undang Dasar 1945 menyebutnya sebagai hak asal-usul.